
Delhi
Cheena Kapoor
NEW DELHI
Sebuah rumah kuning berlantai dua yang terletak di antara bangunan yang berjejalan di Kota New Delhi, mengingatkan kontribusi besar India terhadap Perang Kemerdekaan Turki 1919-1923.
Tepat 100 tahun yang lalu, para pemuka agama Hindu dan Muslim di India berkumpul di rumah itu dan menjadikan 19 Maret sebagai Hari Khilafat di seluruh anak benua India, sebuah bentuk protes terhadap pendudukan Istanbul oleh kekuatan Sekutu.
Gerakan Khilafat dipelopori oleh umat Islam yang hidup di bawah India-Inggris (Pakistan saat ini, India, dan Bangladesh) dan didukung oleh Mahatma Gandhi untuk membantu Kesultanan Ottoman.
Bangunan tua milik Mukhtar Ahmed Ansari — seorang dokter Inggris sekaligus pimpinan Partai Kongres India — itu bukan hanya tempat peristirahatan tokoh kebebasan India Mahatma Gandhi, tetapi juga markas Gerakan Khilafat yang membantu Kekaisaran Ottoman di masa-masa sulit.
Ansari sendiri pernah memimpin tim medis ke Istanbul untuk merawat tentara Turki yang terluka selama Perang Balkan.
Fragmentasi Ottoman bukanlah soal agama atau sentimen bagi umat Hindu, seperti halnya bagi umat Islam, tetapi lebih kepada semangat persatuan kedua umat dalam menentang pendudukan Inggris.
Di sebuah jalanan yang sibuk di Daryaganj di Delhi, rumah di Jalan Ansari nomor 1 itu telah menjadi saksi bisu lika-liku sejarah India. Jalan itu, yang dulunya memiliki 24 bungalo megah dengan luas masing-masing lima hektare, kini telah berubah jadi pusat penerbitan buku.
Sebagai pendukung kuat Turki, Ansari menjadikan rumah megah itu sebagai tempat pertemuan-pertemuan gerakan untuk membantu Ottoman.
Rumah yang dikenal sebagai Darus Salam itu kini jadi kepunyaan D.B. Jain, seorang dokter berusia 70 tahun. Kakeknya, Lala Raj Kishan, adalah sahabat Ansari. Tahun 1948, Raj Kishan membeli rumah ini dari anak angkat Ansari, Johra Bai, hanya seharga USD6.738.
“Kakek kami meninggalkan warisan tanah seluas lima are. Kami tiga bersaudara masih memiliki 50 persen lebih lahan itu. Saya diwarisi rumah utama dan saya terus mengupayakan agar bangunan ini tetap sama seperti aslinya. Saya punya ikatan emosional yang kuat dengan rumah ini, karena di sinilah saya menjalani sebagian besar hidup saya,” tutur Dr. Jain kepada Anadolu Agency.
Berkat upayanya menjaga dan memelihara bangunan tetap dalam bentuk aslinya, Jain pun dianugerahi sejumlah penghargaan.
"Rumah ini bahkan masih berisi barang-barang perabotan antik, termasuk sofa di ruang tamu besar milik Ansari. Banyak orang berpengaruh seperti Mahatma Gandhi senang duduk di sofa itu,” ungkap dia.
Pada 1949, Lala Jain menyewakan bangunan itu dan dijadikan sebagai kantor redaksi sebuah surat kabar terkemuka. Namun, sejak 1980, bangunan itu kosong karena intervensi Mahkamah Agung India.
Kini Jain membuka klinik bernama Delhi Nursing Home di dekat rumah itu. Dia membangunnya di area taman Darus Salam. Ansari sendiri juga sempat membuka klinik pada 1910, sepulangnya dia dari London, dan merawat para penguasa dan pangeran di sana.
Jauh sebelum rumah itu menjadi kediaman Ansari, Darus Salam adalah perpustakaan Pangeran Dara Shikoh, putra tertua Kaisar Mughal Shah Jahan yang berkuasa pada abad ke-17.
Para ahli percaya bahwa peristiwa di Turki telah mengikat komunitas Hindu dan Muslim di India.
Penggerak massa yang dikenal sebagai Gerakan Khilafat dimulai pada 1919 oleh Shaukat Ali, Mohammad Ali Jauhar, Hakim Ajmal Khan, dan Menteri Pendidikan pertama India Abul Kalam Azad sebagai protes terhadap sanksi yang dijatuhkan ke Kekaisaran Ottoman setelah Perang Dunia I oleh Armistice of Mudros.
Ansari berperan penting dalam mengumpulkan dana untuk dana bantuan Turki. Dia juga membentuk tim misi lima dokter untuk membantu Turki dengan berlayar dari Bombay (sekarang Mumbai). Konferensi Khilafat I diadakan di Balai Kota Calcutta (sekarang Kolkata) pada 28 Februari 1920.