Dunia, Budaya

Alija Izetbegovic; seorang intelektual Muslim dan pejuang kebebasan

Ide-idenya mengingatkan saya pada akar dan kepribadian saya. Mereka menjadi semacam kompas moral dalam hidup saya, kata Dizdarevic cucu dari Alija

Muhammad Abdullah Azzam  | 20.10.2020 - Update : 21.10.2020
Alija Izetbegovic; seorang intelektual Muslim dan pejuang kebebasan ILUSTRASI: (Foto file - Anadolu Agency)

Belgrad

Zlatan Kapic, Almir Terzic, Talha Ozturk

BELGRADE, Serbia 

Ide-ide Alija Izetbegovic, Presiden pertama Bosnia dan Herzegovina, adalah kompas moral dalam hidup cucunya.

Nadja Berberovic Dizdarevic, cucu dari Alija Izetbegovic, mengenang kembali ingatannya bersama sang kakek kepada Anadolu Agency dalam rangka peringatan meninggalnya Alija yang ke-17 tahun.

Izetbegovic - seorang politikus, penulis, pengacara, dan filosof yang terkenal di dunia internasional selama perang sengit Bosnia 1992-1995 - diperingati setiap tahun pada peringatan kematiannya.

"Ide-idenya mengingatkan saya pada akar dan kepribadian saya. Mereka menjadi semacam kompas moral dalam hidup saya," kata Dizdarevic.

Dia mengatakan kakeknya adalah orang yang sangat karismatik, terhormat, dan berkarakter.

"Alija Izetbegovic bukan hanya seorang politisi atau pemimpin di mata saya. Pertama-tama, saya melihatnya sebagai seorang intelektual. Dia adalah seorang pejuang yang berjiwa bebas dan pembaca yang bersemangat sejak dia masih muda," kata Dizdarevic.

Dizdarevic menekankan bahwa karya dan sikap Alija terhadap kehidupan di negaranya berakar pada tradisi Islam dan juga akar Eropa.

"Keduanya memperkaya semangat dan gagasannya. Alija Izetbegovic adalah simbol jiwa dan pikiran bebas bagi saya," kata Dizdarevic.

Dizdarevic, yang merupakan direktur Museum Alija Izetbegovic di Sarajevo, mengatakan bahwa tahun ini mereka menyelenggarakan serangkaian program peringatan kematian Alija.

Dia menjelaskan dalam lingkup antisipasi pandemi, mereka akan menurunkan partisipasi dalam peringatan dan pameran foto tahun ini.

Menekankan bahwa kakeknya Alija adalah pujaan hatinya, Dizdarevic mengatakan dirinya juga bangga menjadi cucunya dan dapat mengumumkan nilai-nilai moral yang ia dedikasikan dalam hidupnya melalui kegiatan yang diselenggarakan di museum yang menyandang namanya itu.

Dia menambahkan bahwa mereka yang akan mengunjungi Museum Alija Izetbegovic dapat belajar lebih banyak tentang kehidupan sosial, politik, dan intelektual Izetbegovic.

Seorang pemimpin yang mencapai keseimbangan antara Timur dan Barat

Sejarawan Admir Lisica, yang bekerja di museum tersebut, menekankan bahwa ketika kita melihat hubungan geopolitik dunia saat ini, jumlah pemimpin seperti Alija Izetbegovic yang mencapai keseimbangan antara Timur dan Barat sangat sedikit.

Lisica mencatat bahwa langkah pertama Aliya dalam diplomasi tidak diketahui oleh kawasan maupun publik Bosnia dan Herzegovina.

Dia mengatakan bahwa kunjungan Alija ke Austria, Iran, Turki, dan AS sangat penting sebelum Bosnia dan Herzegovina merdeka.

“Pemuda kita yang berasal dari luar negeri berbagi ilmu yang mereka peroleh di sini dengan rekan-rekannya di negara tempat mereka tinggal. Ini merupakan isu penting dalam transfer gagasan Alija kepada generasi mendatang,” kata Lisica.

Izetbegovic, yang sering dijuluki sebagai "Raja Bijaksana", meninggal di Sarajevo pada 19 Oktober 2003, setelah menjabat sebagai presiden Republik Bosnia dan Herzegovina dari tahun 1992 hingga 1996 dan sebagai ketua kepresidenan Bosnia hingga Oktober 2000.

Negarawan terakhir yang ditemui Aliya sebelum kematiannya adalah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Pemakaman Izetbegovic dihadiri oleh lebih dari 150 ribu orang dari berbagai negara, dimakamkan di Makam Martir Kovaci di Sarajevo.


Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.