Ada 6 wilayah asal korban perdagangan manusia di Indonesia
Bentuknya berupa perbudakan, prostitusi, pemanfaatan organ reproduksi secara ilegal, eksploitasi anak atau penjualan organ ilegal

Jakarta Raya
Hayati Nupus
JAKARTA
Polisi mencatat korban perdagangan manusia di Indonesia umumnya berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Surabaya, Jakarta, Medan dan Makassar.
Hal itu disampaikan Satuan Tugas (Satgas) Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) Bareskrim Polri AKBP Hafidh Susilo,
Dari wilayah asal mereka transit di Nunukan atau Batam, lantas dibawa ke Malaysia bahkan hingga ke berbagai negara di Timur Tengah.
Korban terbanyak, kata Hafidh, berasal dari Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur dan Jawa Timur. Sebagian besar merupakan buruh migran Indonesia.
Bentuknya berupa perbudakan, prostitusi, pemanfaatan organ reproduksi secara ilegal, eksploitasi anak atau penjualan organ ilegal.
“Kasus itu betul-betul terjadi di Indonesia, bahkan kami menemukan korban yang sengaja dipesan untuk hamil, lalu setelah lahir anaknya diambil,” kata Hafidh.
Sejak 2011 hingga November 2017, Bareskrim Polri mencatat terdapat 1.404 WNI yang menjadi korban perdagangan manusia.
Sebanyak 1.273 di antaranya merupakan perempuan, 45 orang anak perempuan dan 86 orang laki-laki dewasa.
Sedangkan berdasarkan catatan yang ada di Polda seluruh Indonesia, pada periode yang sama terdapat 1.914 WNI yang menjadi korban perdagangan manusia. Sebanyak 1.184 di antaranya merupakan perempuan, 241 orang anak perempuan dan 7 orang laki-laki dewasa.
Masalah dalam memberantas perdagangan manusia
Polisi memetakan beberapa persoalan yang masih dialami dalam penanganan kasus perdagangan manusia.
Beberapa masalah adalah pelaporan kasus masih banyak dilakukan petugas, sikap permissif dengan adanya persetujuan dari korban atau orang terdekat, masyarakat mudah terbujuk tawaran gaji besar tapi tidak logis dan minimnya pengetahuan masyarakat akan perdagangan manusia.
“Makanya sosialisasi penting, tidak hanya dari pemerintah tapi juga keterlibatan masyarakat,” kata Hafidh.