Dunia

Abadikan kenangan, warga Palestina beri anak nama-nama kota

Orang tua Palestina menamai anak perempuan mereka dengan nama kota-kota yang diduduki oleh Israel untuk mengabadikan kenangan bagi generasi muda

Rhany Chairunissa Rufinaldo  | 19.02.2020 - Update : 20.02.2020
Abadikan kenangan, warga Palestina beri anak nama-nama kota Jawad Abu Harb, (kanan) seorang pengungsi dari desa Zarnouqah, menamai putri pertamanya, "Bisan," (tengah) sebuah kota yang terletak di utara Palestina bersejarah yang penduduknya mengungsi pada tahun 1948. (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Nesma Seyam

GAZA, Palestina

Cinta yang tak berkesudahan untuk Kota Yafa (Jaffa), yang direbut Israel selama perang Timur Tengah 1948, mengilhami warga Palestina Ali Masharqah untuk menamai putrinya dengan nama kota itu.

"Hatiku adalah tentang Yafa. Saya hafal kota Yafa, masjid, jalanan dan situs arkeologinya, " kata Masharqah kepada Anadolu Agency.

Pada 1948, lebih dari 700.000 warga Palestina diusir secara paksa dari tanah mereka oleh gerombolan Yahudi, meninggalkan sekitar 400-600 kota dan desa hingga hampir kosong.

Sejak itu, warga Palestina mulai menamai anak perempuan mereka dengan nama-nama kota asal mereka sebagai upaya untuk membuatnya tetap hidup dalam ingatan generasi muda.

Meskipun keluarga Masharqah berasal dari Hebron dan tidak pernah dipindahkan, mereka dikenal karena menamai anak perempuan mereka dengan nama kota-kota yang diduduki.

"Nama sepupu saya adalah Safad, Karmel dan Bisan. Ini lebih merupakan tradisi keluarga," kata Yafa, 22, putri Masharqah.

Beranjak dewasa, nama Yafa menjadi sumber kegembiraan dan keunikan serta selalu mendatangkan pujian kepadanya.

“Saya pastikan untuk menceritakan sejarah kota dan menggambarkan sifatnya yang indah sebelum bahkan menyebutkan arti kamus dari nama ini, yaitu 'wanita cantik'," jelas Yafa.

Nama dari sejarah

Jawad Abu Harb, seorang pengungsi dari Desa Zarnouqah, menamai putri pertamanya "Bisan", sebuah di utara Palestina yang penduduknya diusir pada 1948.

"Bisan adalah rumah bagiku. Aku punya tiga putra; namun, aku bersikeras meminta orang memanggilku 'Abu Bisan' (Ayah Bisan)," kata Abu Harb.

Sudah menjadi kebiasaan di kalangan orang Arab, termasuk Palestina, untuk memanggil seorang pria dengan nama putra pertama mereka.

Dengan menamai putrinya dengan nama kota Palestina, Abu Harb mengatakan dia ingin memicu keingintahuan orang-orang untuk bertanya dan mencari tahu tentang Bisan dan kota-kota lain yang diduduki.

Dia memberi nama kedua putrinya Seren, sebuah desa di dalam kota Bisan, dan Banias, sebuah kota di perbatasan antara Palestina dan Suriah.

Upaya Israel untuk menghapuskan nama-nama Arab di kota-kota Palestina dan menggantinya dengan nama-nama Ibrani adalah alasan lain mengapa Abu Harb bersikeras untuk memberikan semua putrinya nama-nama kota berbahasa Arab.

Memiliki nama eksklusif untuk orang Palestina, salah satu hal yang paling disukai Bisan adalah ketika orang-orang bertanya tentang artinya.

Dia menggunakan kesempatan itu untuk memperkenalkan mereka kepada kota di wilayah utara itu.

"Saya benar-benar mencintai nama saya. Ada dimensi historis dan emosionalnya. Ini membuat saya merasa terpaku pada Palestina yang saya cintai," kata wanita berusia 28 tahun itu.

Paparan media sosial juga berdampak pada pilihan orang tua untuk menamai anak-anak mereka dan membantu lebih banyak orang mengadopsi ide tersebut.

"Itu tidak pernah membuat saya kurang unik. Saya masih merasakan hal yang sama dengan nama saya 28 tahun kemudian," kata Bisan.

Keunikan

Eilabun Elfarra, 26, adalah seorang non-pengungsi dari kota Khan Younis di Jalur Gaza. Dia dan ketiga saudara perempuannya memiliki nama yang sangat langka di komunitas mereka.

Setiap kali ibu Eilabun melahirkan seorang anak perempuan, ayahnya akan mengambil sebuah buku tentang kota-kota Palestina dan memilih nama untuk bayi yang baru lahir.

Pada Oktober 1948, Israel melakukan pembantaian di Eilabun, sebuah desa Kristen di utara Yafa (Jaffa).

“Tidak ada orang lain di sekolah saya yang bernama Eilabun. Sampai hari ini, saya belum pernah bertemu orang yang memiliki nama yang sama dengan saya," ujar Eilabun.

Dia menikmati kenyataan bahwa namanya digunakan untuk memfasilitasi formalitas atau prosedur. Petugas akan mendengarkan dengan cermat kisah namanya dan menghabiskan waktu mereka saat bekerja.

"Orang-orang Palestina harus tetap berpegang pada sejarah mereka, terutama generasi muda yang kemungkinan besar tidak pernah bisa mengunjungi tanah yang diduduki," ungkap dia.

Eilabun menyatakan keinginan kuatnya untuk menamai putrinya nanti dengan nama kota-kota Palestina dan akan meneruskan tradisi itu pada keluarganya.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.