52 juta warga Afrika terancam kelaparan karena krisis iklim
Para menteri Afrika akan bertemu di Durban, Afrika Selatan, pada 11-15 November untuk membahas masa depan kelestarian dan kemakmuran lingkungan Afrika

Ankara
Hiba Sait
ANKARA
Lebih dari 52 juta orang di 18 negara Afrika menghadapi krisis kelaparan akibat cuaca ekstrem, kemiskinan, dan konflik bersenjata.
"Zimbabwe, Zambia, Angola, Malawi, Mozambik, Madagaskar, Namibia, dan negara-negara Afrika lainnya menderita kerugian tahunan rata-rata USD700 juta akibat bencana terkait iklim," papar Oxfam dalam sebuah laporan yang dirilis pada Kamis.
“Masyarakat di garis depan krisis iklim ini terlalu padat. Masyarakat setempat bahkan melakukan segala upaya untuk mengatasi tantangan tersebut. Hal ini dikarenakan pemerintah telah mengecewakan masyarakat setempat," ujar Mithika Mwenda, kepala eksekutif mitra Oxfam, PACJA.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa wilayah selatan Zimbabwe memiliki curah hujan terendah sejak 1981 yang telah mendorong lebih dari 5,5 juta orang kekurangan pangan.
Di Zambia, sekitar 2,3 juta orang menghadapi rawan pangan karena lahan pertanian untuk jagungnya hancur dan ekspor jagung pun dilarang. Kekeringan juga melanda Ethiopia, Kenya, dan Somalia.
“Sementara itu, curah hujan yang sangat deras terjadi di Kenya dan Sudan Selatan hingga menyebabkan banjir bandang,” kata laporan itu.
"Sudan Selatan telah menyatakan masa darurat setelah lebih dari 900.000 orang terdampak banjir," tambah Oxfam.
Para menteri Afrika akan bertemu di Konferensi Tingkat Menteri Afrika untuk Lingkungan (AMCEN) di Durban, Afrika Selatan, pada 11-15 November untuk membahas masa depan kelestarian dan kemakmuran lingkungan Afrika.