Budaya

REPORTASE: Perjalanan ke Uzbekistan, jantungnya Jalur Sutra

Mutiara dunia Muslim timur diperkirakan akan bersinar kembali

Rhany Chairunissa Rufinaldo  | 03.07.2019 - Update : 04.07.2019
REPORTASE: Perjalanan ke Uzbekistan, jantungnya Jalur Sutra Pemandangan interior Hazrati Imam Complex di Tashkent, Uzbekistan pada 14 Mei 2019. (Syed İftikhar Gilani - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Iftikhar Gilani

TASHKENT

Saat fajar menyingsing, sinar matahari musim panas yang menyinari Tashkent, ibu kota Uzbekistan, adalah anugerah bagi pejalan kaki pagi hari, tetapi kutukan bagi mereka yang bangun kesiangan. Pagi yang cerah dimulai sejak pukul 4.30 pagi, memaksa orang untuk melompat dari tempat tidur untuk menikmati pesona dan rahasia kota peri yang sangat menyegarkan.

Jalur beraspal Tashkent, Samarkand dan Bukhara di Uzbekistan dipenuhi dengan detil memukau yang pernah menempatkan mereka pada lintasan strategis kuno Jalan Sutra. Penampang yang menghubungkan Anatolia dan Laut Mediterania dengan China di satu sisi, dan Asia Selatan dengan Eropa dan Afrika di sisi lain, menjadikan wilayah ini sebagai wadah bercampurnya peradaban.

Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev saat ini berharap agar inisiatif Sabuk dan Jalan China yang melintasi negaranya akan membawa kembali nostalgia dan kemuliaan romantis ini ke wilayah tersebut. Negara ini juga akan bergabung dengan Dewan Turki - sebuah organisasi yang mencakup Azerbaijan, Kazakhstan, Kirgistan dan Turki - untuk mengeksplorasi konektivitas, sejarah bersama, bahasa, identitas dan budaya.

Beberapa abad yang lalu, ketika Barat masih terengah-engah mencari pencerahan, banyak kota metropolis di Timur seperti Istanbul, Samarkand, Bukhara, Nishapur dan lainnya, telah menjadi perbatasan pengetahuan dan peradaban. Istanbul mungkin adalah satu-satunya metropolis yang berhasil mempertahankan karakternya, ketika yang lain kehilangan pusat budaya, komersial dan intelektual mereka.

Uzbekistan - negara yang dikepung oleh daratan di Asia Tengah, berbatasan dengan Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Afghanistan - memiliki kemiripan yang mencolok dengan Turki di bagian baratnya dan Lembah Kashmir di bagian timur jauhnya. Kunjungan ke negara ini akan mengkonfirmasi mengapa Kashmir - saat ini dalam perselisihan antara India dan Pakistan - lebih berkarakter Asia Tengah daripada Asia Selatan, dengan melihat kesamaan mencolok yang melintasi lintas budaya, bahasa, arsitektur, kuliner dan musik.

Jalan sepanjang 450 kilometer yang menghubungkan ibu kota modern Tashkent ke kota kuno Samarkand dipagari dengan pohon Chinar. Restoran di pinggir jalan raya menyajikan makanan di atas panggung kayu yang ditinggikan - dilapisi dengan karpet dan bantal, bukan meja dan kursi, di bawah naungan pohon chinar dan mulberry - sangat spektakuler. Menara gemerlap, kubah yang menggairahkan dan mosaik yang menghipnotis menghiasi kota Samarkand dan museum besar Bukhara di Uzbekistan. 

Asia Tengah juga merupakan rumah bagi para Sufi yang diikuti dan dihormati di Kashmir. Makam Mir Syed Ali Hamadani terletak di provinsi Kulub, Tajikistan. Dia dipercaya sebagai tokoh yang membawa Islam ke Kashmir, yang mungkin merupakan satu-satunya wilayah di Asia Selatan di mana kasta atas umat Hindu berbondong-bondong memeluk Islam dalam jumlah besar. Ulama lain yang paling banyak diikuti, Bahauddin Naqshband dari abad ke-14 - pendiri ordo Naqshbandi – juga dimakamkan di pinggiran kota Bukhara.

Kota Bukhara dan Samarkand dipenuhi dengan Khanqah, tempat tinggal spiritual para Sufi dan darwis. Uzbuk Timur Tillyaev, seorang penduduk Bukhara, menceritakan bahwa hingga abad ke-19, para darwis dari Turki dan Asia Selatan akan datang ke sini untuk mencari bimbingan spiritual.

“Kakek kami akan memberi tahu kami, betapa senangnya mereka ketika kedatangan para darwis dari negeri-negeri yang jauh. Mereka akan menyambut dan merasa bangga untuk menyediakan makanan bagi para wali yang berkunjung,” ujar dia.

Setelah invasi Soviet, semua Khanqah dikunci dan tirai besi dipasang oleh rezim Komunis untuk mematahkan kaitan dan hubungan budaya kuno.

Amir Timur, pahlawan nasional

Perjalanan enam jam dari Tashkent ke Fergana sangat mempesona. Jalur yang merupakan satu-satunya jalan penghubung wilayah subur timur dengan bagian lain negara ini dihiasi dengan puncak gunung yang tertutup salju dan hutan pinus. Pemandangan ini menyerupai jalan raya Srinagar-Jammu, satu-satunya jalur darat yang menghubungkan Lembah Kashmir dengan India.


Pada 1526, seorang pangeran muda, Zahiruddin Mohammad Babur, dari lembah subur ini melintasi pegunungan Pamirs dan Hindukush dan datang melalui Khyber Pass untuk menakklukan India dengan hanya 12.000 prajurit setia. Dia kemudian mendirikan Kekaisaran Mughal di Delhi, yang memerintah sebagian besar Asia Selatan hingga 1857. Nenek moyang Babur, Amir Timur, telah dijadikan ikon oleh pemerintah Uzbekistan sebagai pahlawan nasional.

Jalan-jalan utama ibu kota Tashkent melintasi alun-alun Amir Timur, tempat patung dan museum Timur yang menjadi kebanggaan berada. Patung Timur dan kudanya menempati pusat ibu kota. Alun-alun itu sebelumnya menjadi tempat penampungan patung Gubernur Tashkent Rusia pertama, Konstantin Kaufmann, diikuti oleh patung-patung Lenin, Stalin dan Karl Marx.

Bertempat di sebuah bangunan bundar yang indah dengan kubah hijau, museum yang terlihat seperti masjid itu memiliki koleksi 5.000 artefak yang berfokus pada silsilah Amir Timur, perjalanannya menuju kekuasaan, kampanye militer, hubungan diplomatik, perdagangan dan pembangunan.

Tulisan tangan kitab suci al-Quran kuno

Selain Chorsu Bazaar, pasar yang terletak di pusat kota tua di bawah bangunan kubah berwarna biru, tempat semua kebutuhan sehari-hari dijual, daya tarik utama kota Tashkent adalah museum perpustakaan di alun-alun Khast Imom. Museum ini menampung salinan al-Quran dari abad ke-7, yang dibaca oleh khalifah ketiga Utsman bin Affan ketika dia wafat pada 656. Tanda darah kering masih terlihat di halaman-halaman Al-Quran tua yang ditulis di kulit rusa itu.

Azmat Akhmetov, seorang juru kunci museum, mungkin merasa penasaran ketika mendapati saya asyik memandangi halaman-halaman itu. Dia bergegas bertanya apakah saya seorang Muslim. Setelah saya mengangguk, dia mengajukan pertanyaan lain, “mazhab yang mana?”

Lalu dia memperjelas pertanyaannya, apakah saya menganut mazhab Hanafi.

"Aku menganut mazhab Usman," jawab saya.

Namun, jawaban itu tampaknya tidak membuatnya puas, karena saya melihat kebingungan di wajahnya.

“Tidak ada sektarianisme dalam Islam selama periode khalifah Usman,” jelas saya.

Menurut Akhemtov, artefak langka itu dibawa ke Samarkand oleh Timur, kemudian dibawa ke Moskow oleh Rusia pada 1868. Lenin mengembalikannya pada 1924 sebagai wujud niat baik terhadap Muslim Turkistan. Museum ini juga menyimpan buku-buku langka dari abad ke-14 hingga ke-17, termasuk sebuah Al-Quran seukuran ibu jari dalam sebuah kotak liontin.

Kenangan perang India-Pakistan dan perdamaian

Di jantung kota Tashkent, hotel Uzbekistan dan aula konferensi yang megah di seberang jalan menjadi saksi perjanjian perdamaian India-Pakistan, yang ditengahi oleh Perdana Menteri Soviet Alexei Kosygin setelah mereka berperang pada 1965. Perang itu merupakan eskalasi pertempuran tidak teratur yang dimulai di Kashmir, titik pahit antara kedua negara sejak terpisah pada 1947.

Beberapa jam setelah penandatanganan perjanjian, Perdana Menteri India Lal Bahadur Shastri meninggal secara misterius di Tashkent, yang kemudian mengarah pada teori konspirasi yang persisten. Saat ini kota itu memiliki patung dan jalan yang diberi nama yang sama dengan sang perdana menteri.

Di Tashkent jugalah muncul perpecahan antara Presiden Pakistan Ayub Khan dan Menteri Luar Negeri Pakistan Zulfikar Ali Bhutto, segera setelah mereka menandatangani perjanjian di kota itu. Bhutto memutuskan berpisah dan mendirikan partainya sendiri, Partai Rakyat Pakistan, dan maju untuk menjadi perdana menteri.

Di India juga, kematian Shastri membuka jalan bagi Indira Gandhi yang berusia 48 tahun, untuk menjadi perdana menteri wanita pertama negara itu. Dengan jeda singkat selama dua tahun, dia memerintah negara itu hingga Oktober 1984 ketika dia dibunuh oleh pengawalnya. Tashkent, pada kenyataannya, tidak hanya menghasilkan dinasti Mughal Asia Selatan, tetapi juga dua dinasti politik - Gandhi dan Bhutto.

Samarkand, mutiara dunia Muslim timur

Sementara Tashkent masih ditemui sisa-sisa penjajahan Rusia dan 75 tahun komunisme Soviet, kota Samarkand dan Bukhara telah menyingkirkan bekas-bekas kolonialisme itu. Masjid-masjid dan mausoleum menghiasi Samarkand, salah satu kota paling kuno di dunia. Menunjuk ke arah bukit lumpur dan reruntuhan benteng tua, pemandu saya, Anara, mengatakan kota tua ini pernah dihancurkan oleh Jenghis Khan.

Kota berusia 2.750 tahun itu telah menyaksikan banyak pergolakan. Awalnya bernama Afrasiyab, kota itu menyimpan jejak penaklukan Alexander Agung, bangsa Arab, Jenghis-Khan dan terakhir oleh Timur, yang kemudian merenovasi kota. Pernah dikenal sebagai mutiara dunia Muslim timur, posisi geografisnya di lembah Zarafshan menempatkan Samarkand di tempat pertama di antara kota-kota di Asia Tengah.

Pengembara sekaligus cendekiawan China Faxian dan Xuanzang, musafir Maroko Ibn Battuta dan Marco Polo, semuanya telah menulis tentang kota ini. Dikelilingi oleh taman dan kebun, manisnya buah-buahan Samarkand telah disebutkan dalam catatan perjalanan Ibn Battuta.

Makam agung Amir Timur berdiri tinggi di pusat kota. Ruang bawah tanah di mana kuburan sebenarnya terletak, disegel dan dijaga. Legenda urban mengatakan bahwa setiap kali pintu dibuka, akan terjadi tragedi buruk.

Anara memberi tahu kami bahwa tim ekspedisi Rusia yang dipimpin oleh Tashmuhammed Kari-Niyazov dan Mikhail Gerasimov pernah membuka makam itu pada 1941. Penduduk lokal dan ulama Muslim mencoba sekuat tenaga untuk mencegah penggalian, tetapi Rusia tidak menghiraukan. Kerangka jenazah Timur dan dinastinya lalu dikirim ke Moskow. Dua hari kemudian, pada 22 Juni malam, Nazi Jerman menginvasi Uni Soviet.

Tiga tahun kemudian, sebulan sebelum Pertempuran Stalingrad, Stalin memerintahkan pengembalian jasad Timur dan dinastinya ke Samarkand. Mereka dimakamkan kembali dengan penuh penghormatan. Soviet kemudian memenangkan pertempuran yang menentukan itu dan kemudian terus berjuang hingga berhasil menaklukkan Berlin.

Kota ini juga dikaitkan dengan legenda seperti Ibnu Sina, tokoh kunci Islam dalam filsafat dan ilmu pengetahuan, dan Mohammed al-Khwarizmi, bapak aljabar. Meskipun keduanya lahir di tempat lain di Uzbekistan, kota itu menjadi saksi pertumbuhan mereka.

Kaya dengan kisah-kisah nostalgia, di Samarkand pulalah Alexander Agung menemukan istrinya Roxana, yang dia gambarkan sebagai wanita paling cantik di dunia. Kota itu juga mengilhami penyair Amerika Edgar Allen Poe untuk menulis puisinya yang terkenal, berjudul Timur, tentang pengorbanan yang harus dilakukan seseorang dalam hidup untuk mencapai kebahagiaan.

Kunjungan ke kota ini tidak lengkap tanpa mengunjungi jantung jalur sutra kuno, Alun-alun Registan, semacam pusat perdagangan dunia di zaman kuno dan abad pertengahan. Tempat yang tak kalah menarik terletak sekitar 500 meter dari makam Timur, yaitu tempat peristirahatan dan perdagangan karavan.

Bukan hanya barang yang diperdagangkan di sini, tetapi juga filosofi dan pemikiran politik. Oleh karena itu, alun-alun ini dikelilingi oleh dua madrasah besar dan sebuah masjid. Ketiga bangunan itu masing-masing memiliki dekorasi yang unik.

Alun-alun ini juga digunakan untuk mengumpulkan orang untuk mengumumkan dekrit kerajaan dan menjadi tempat digelarnya Sharq Taronalari, sebuah festival musik tradisional tingkat internasional yang diadakan setiap tahun.

Makam Imam Bukhari

Wisatawan ziarah dapat melihat tempat-tempat unik di Samarkand, seperti makam Nabi Daniel, Mausoleum Rukhabad (makam Sheikh Burhanuddin Sagardji, penasihat spiritual Amir Timur) dan Shah-i-Zinda (makam Qasim bin Abbas, sepupu dan sahabat Nabi Muhammad).

Di desa Hartang, 25 kilometer dari Samarkand, terdapat sebuah situs ziarah yang paling dihormati, makam Imam al-Bukhari, ahli hadis paling berpengaruh dalam dunia Islam. Imam Bukhari, atau Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, menulis perkataan Nabi Muhammad atau Hadis, yang dikenal karena kesahihannya setelah melalui penelitian yang cermat terhadap sumber-sumbernya. Jumlah penelitian yang dia lakukan membuat koleksi hadisnya dipercaya paling otentik.

Pada periode Soviet, makam itu terkunci dan dilupakan. Tetapi pada 1954 ketika Presiden Indonesia pertama Sukarno mengunjungi Moskow, dia meminta izin untuk mengunjungi dan berdoa di makam Imam Bukhori. Mengikuti Sukarno, Presiden Somalia Madiba Keith, juga meminta izin untuk berkunjung.

Hal itu tampaknya mendorong Moskow untuk mengembalikan masjid dan makam itu dan menyerahkannya kepada Administrasi Spiritual Muslim di Asia Tengah dan Kazakhstan. Pada 1998, Presiden Uzbekistan Islam Karimov membangun kompleks peringatan yang megah dan menyatakan Imam Bukhari sebagai wali intelektual negaranya.

Mausoleum itu berbentuk prisma persegi panjang. Kubahnya bergaris ganda, didekorasi dengan ubin biru. Di tengah halaman terdapat kolam "Hauz" yang dipercaya mempunyai khasiat sebagai obat. Tak hanya itu, kompleks mausoleum juga memiliki universitas, museum, madrasah dan masjid.

Uzbekistan belum begitu dikenal di seluruh dunia sebagai tujuan wisata ziarah. Surayyo Usmanova, dosen tamu di Universitas George Washington, mengatakan sudah saatnya bagi negara untuk mempromosikan dan menghubungkan dunia melalui warisan budaya, sejarah dan agama yang kaya.

“Pemerintah memahami pentingnya pariwisata bagi pertumbuhan ekonomi dan prestise nasional dan bergerak maju dengan tegas dengan fokus khusus pada dunia Islam dan mempromosikan pariwisata ziarah. Apakah Anda beragama atau sekuler, Jalur Sutra Agung memberi isyarat,” kata Usmanova.

Berbicara dengan peci Uzbek 

Berbicara tentang Uzbekistan tanpa peci khasnya seperti menulis tentang rusa jantan dan melewatkan tanduknya yang indah. Meskipun semuanya berubah dalam pusaran waktu, peci tetap menjadi tradisi bangsa Uzbek. Bahkan para fashionista tidak akan keberatan memakainya. Ada pepatah dalam bahasa Uzbek yang berbunyi: "Kecerdasan, kehormatan dan hati nurani seorang pria terbaring di pecinya."

Peci itu terbuat dari dua atau beberapa lapisan kain dan dirangkai oleh benang sutra atau kapas. Kain buatan tangan itu disulam dengan benang sutra, emas atau perak. Bentuk dan pola mereka yang berbeda mengidentifikasi kelompok-kelompok secara regional: Tashkent, Samarkand, Bukhara, Kashkadarya, Surkhandarya, kelompok Khoresm dan Ferghana.

Setiap daerah memiliki gayanya sendiri yang diwarisi dari generasi ke generasi. Sebuah pepatah Uzbek berbunyi: "Ketika tidak ada orang untuk diajak bicara – berbicaralah dengan peci.” Koleksi terbaik dari peci Uzbekistan disimpan di Museum Sejarah Negara, Seni dan Seni Terapan Uzbekistan.

Kenangan era Soviet 

Tidak banyak orang di Uzbekistan berbicara tentang era Komunis di bawah Uni Soviet. Sejak 1991, ketika Uni Soviet bubar dan Uzbekistan mendapat kebebasan, tumbuh generasi yang sangat baru, dengan sedikit pengetahuan tentang masa lalu mereka. Dalam perjalanan kembali ke bandara, saya meminta sopir taksi tua Rafiq Kamalov, untuk berbagi pengalaman tentang pemerintahan Komunis.

“Hampir semua hal bisa digunakan sebagai alasan penangkapan, bukan sanksi, oleh Partai Komunis. Itu bisa berupa menulis, berpikir, melukis dan bahkan berbisik. Kami terbiasa menunggu dalam antrian, menunggu giliran kami untuk mendapatkan jatah, kendaraan bermotor, jika Anda memiliki uang, atau rumah untuk ditinggali. Hampir untuk semuanya, kami bergantung pada negara,” tutur Kamalov.

Tetapi dengan senyum masam, dia menambahkan bahwa meskipun "gonggongan" dilarang, mereka dapat tidur dengan perut terisi, tidak ada pengemis dan orang yang kelaparan.

“Tiket pesawat ke Moskow hanya seharga 100 rubel [USD2 saat ini]. Tetapi mendapatkan 100 rubel pada masa itu bukanlah pekerjaan yang mudah. Sekarang keluarga saya menghabiskan ribuan rubel setiap hari, tetapi masih tidak mampu membeli tiket pesawat ke Moskow,” ujar dia.

"Siapa yang ingin bersuara setiap hari, hanya perasaan bebas untuk bersuaralah yang penting," tambah pengemudi taksi tua itu sambil tersenyum, menjelaskan secara singkat perbedaan antara hidup di balik tirai besi dan di bawah pemerintahan demokratis yang melambangkan masyarakat bebas.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.