Budaya

Kota kuno Troya di Turki bersiap kedatangan tunanetra dari 20 negara

Puluhan pengunjung tunanetra itu akan menghadiri acara 'Homer Reading' di provinsi Canakkale

Megiza Soeharto Asmail  | 11.08.2018 - Update : 12.08.2018
Kota kuno Troya di Turki bersiap kedatangan tunanetra dari 20 negara Sebuah foto drone menunjukkan kota kuno Troy di Canakkale, Turki pada 05 April 2018. ( Ali Atmaca - Anadolu Agency )

Ankara

Omer Olcay

ANKARA

Pengunjung tunanetra dari 20 negara akan bertemu di reruntuhan kota kuno Troya di provinsi Canakkale, barat laut Turki, pada 13 hingga 18 Agustus.

Kepala Konfederasi Turki dari Buta, Turhan Icli, mengatakan kepada wartawan di ibu kota Ankara, bahwa orang-orang yang mengalami gangguan penglihatan akan menghadiri acara yang dikenal berkaitan dengan legenda penyair Yunani, Homeros, yakni Homer Reading.

Acara ini digelar bertepatan dengan peringatan 20 tahun masuknya situs Arkeologi Troya ke daftar warisan dunia UNESCO.

Icli mengatakan sekitar 125 pengunjung asing akan menghadiri acara tersebut.

"Program ini akan dimulai pada 14 Agustus. Orang-orang yang tunanetra dari masing-masing negara akan membaca sebuah bagian dari Iliad dalam bahasa mereka sendiri. Ini akan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Turki secara bersamaan," tambahnya.

Icli tidak memberikan rincian tentang negara-negara yang akan berkunjung.

Namun dia memastikan akan ada diskusi panel pada 15 Agustus di Universitas 18 Mart Canakkale, di mana pembicara asal Turki, Jepang, Amerika Serikat dan Selandia Baru juga akan hadir.

"Selama diskusi panel, permasalahan tunanetra di Turki dan di seluruh dunia akan dievaluasi," kata Icli.

Selama sejarahnya yang sudah mencapai 4.000 tahun, kota Troya diketahui terletak di gundukan Hisarlik yang menghadap dataran pantai Aegean Turki. Kota ini adalah salah satu situs arkeologi paling terkenal di dunia. Troya telah diabadikan oleh penyair Yunani kuno, Homer, dalam epos mitosnya yang berjudul The Iliad dan The Odyssey.

Kota ini sempat lama dianggap sebagai mitos hingga akhirnya seorang arkeolog amatir Jerman bernama Heinrich Schliemann mengungkap situs tersebut pada tahun 1870-an.


Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın