Budaya

Cerita perempuan paruh baya pergi haji dari hasil memulung 26 tahun

Wanita kelahiran Kota Bogor 1955 ini mulai menabung untuk berangkat haji pada tahun 1993

Surya Fachrizal Aprianus  | 02.08.2019 - Update : 05.08.2019
Cerita perempuan paruh baya pergi haji dari hasil memulung 26 tahun  Maryani berdiri di depan tumpukan barang-barang rongsok yang dia kumpulkan di rumahnya, di Bogor, Jawa Barat, pada 1 Agustus 2019. Maryani berangkat haji pada 2019 dari hasil memulung sampah selama 26 tahun. ( Surya Fachrizal Aprianus - Anadolu Agency )

Jakarta Raya

Surya Fachrizal

BOGOR

Perempuan pemulung dari kota Bogor berhasil menggapai cita-citanya untuk pergi ke Tanah Suci Mekah setelah menabung 26 tahun dari hasil mengumpulkan sampah.

Maryani, 64 tahun, berangkat menunaikan ibadah haji melalui kelompok terbang nomor 88 yang bertolak hari ini, Jumat.

“Saya dari dulu ingin haji,” kata Maryani yang ditemui Anadolu Agency di rumahnya.

Wanita kelahiran kota hujan pada 1955 ini mengaku mulai menabung untuk berangkat haji sejak 1993.

Maryani mengaku hasrat dia pergi haji makin bulat sejak ditinggal wafat suaminya pada tahun 1980-an.

Tetapi saat itu dia tidak tahu dari mana dia mendapat uang untuk berangkat haji, sementara dia seorang janda dengan empat anak.

“Ya sudah. Ibu memungut rongsokan saja,” ujar Maryani.

Sejak itu, Maryani rutin mencari rongsokan setiap hari sejak sebelum azan subuh hingga sekitar pukul 5 pagi.

Dia mengumpulkan gelas dan botol minuman bekas termasuk kardus dan barang rongsokan lainnya.

Karena rumah Maryani tepat di pinggir Kali Ciliwung, dia juga kerap mengumpulkan pasir untuk bahan bangunan.

Setiap kali menambang, dia mampu mengumpulkan minimal 5 karung pasir untuk kemudian dia jual seharga Rp8 ribu per karung.

“Kalau habis hujan besar, saya juga kumpulkan pasir untuk dijual,” kata Maryani menambahkan.

Dari hasil kerja kerasnya selama hampir 3 dekade, pada 2012 nilai tabungannya telah mencapai Rp25 juta, sehingga pada tahun itu dia mendaftarkan diri untuk berhaji.

Sejak saat itu, Maryani makin bekerja keras memulung dan mengumpulkan pasir untuk melunasi sisa ongkos naik haji sebesar Rp10 juta.

Maryani sendiri merahasiakan usahanya untuk berangkat haji itu selama bertahun tahun.

Bahkan anak-anaknya juga tidak tahu jika selama ini ibu mereka memulung sampah dan mencari pasir untuk biaya naik haji.

Maryani baru memberi tahu anak-anaknya pada April lalu, setelah mendapat kabar keberangkatan haji oleh Kantor Kementerian Agama Kota Bogor.

Para tetangga yang akhirnya mengetahui rencana Maryani, sempat mempertanyakan kepada salah satu anak dia, Dany Mulyana, kenapa membiarkan ibunya memulung sampah bertahun-tahun untuk berhaji.

“Bagaimana mau bantu ibu, saya juga tidak tahu ibu mengumpulkan uang untuk berangkat haji.” kata Dany yang bekerja sebagai juru parkir.

Maryani mengakui 26 tahun adalah waktu yang lama, tetapi dia tidak pernah merisaukan kapan dia bisa berangkat haji.

“Yang penting saya menabung, aja. Saya tidak pernah menyerah, selalu semangat tidak pernah merasa capek,” kata Maryani.

Maryani tidak menjual barang-barang bekas yang dia kumpulkan setiap hari, tetapi mengumpulkannya selama setahun baru kemudian menjualnya.

“Sekali jual, rata-rata mendapat hasil 1,2 juta rupiah setahun. Satu juta ditabung, sisanya dibelanjakan,” kata Maryani.

Sedangkan untuk biaya sehari-hari, Maryani dibantu anak-anaknya yang kebanyakan sudah berkeluarga dan hidup mandiri.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın