Türkİye, Dunia, Analisis

Turki dan India bermitra untuk menjadi pemain utama persoalan global

Pemerintah baru bertujuan untuk meningkatkan otonomi strategis di bidang diplomatik, kata Duta Besar India untuk Turki

Hayati Nupus  | 26.05.2019 - Update : 27.05.2019
Turki dan India bermitra untuk menjadi pemain utama persoalan global Duta Besar India untuk Turki Sanjay Bhattacharyya. (Foto file - Anadolu Agency)

Ankara

Iftikhar Gilani

ANKARA 

Hasil pemilihan umum India yang dirilis pada 23 Mei lalu memberikan kemenangan besar kepada Partai Bharatiya Janata (BJP) dan masa jabatan kedua untuk Perdana Menteri Narendra Modi. Proses pemungutan suara secara marathon yang digelar selama lebih dari lima pekan sejak 11 April. Pemilihan umum India merupakan upaya besar dan proses demokrasi terbesar di dunia.

Dalam wawancara eksklusif dengan Anadolu Agency, Duta Besar India untuk Turki Sanjay Bhattacharyya berbicara mengenai berbagai aspek demokrasi India. Juga tentang prioritas pemerintah baru dan perkembangan hubungan dengan Turki untuk menghadapi tantangan bersama.

Anadolu Agency: Pemilu di India merupakan momentum besar. Bagi mereka yang kurang akrab, dapatkah Anda menyebutkan tantangan apa yang dilakukan demi memastikan orang dapat memilih wakil mereka dengan bebas?

Duta Besar Sanjay Bhattacharyya: Pemilihan umum India adalah festival demokrasi terbesar di dunia dan dirayakan dengan gembira. Lebih dari 900 juta pemilih turut serta. Ada kisah-kisah luar biasa dari pejabat pemilihan berdedikasi yang menempuh 60 kilometer hutan demi mengumpulkan satu suara, membantu orang tua memberikan suara di sebuah rumah tua, atau merawat bayi sementara ibunya memberikan suara, dan banyak peristiwa indah lainnya. Pemilihan dilakukan oleh Komisi Pemilihan India yang independen dalam tujuh fase untuk memastikan pemilihan yang bebas dan adil dan mendorong partisipasi maksimum. Karena menggunakan Mesin Voting Elektronik (EVM), hasilnya dapat dinyatakan dalam sehari, meskipun ada daerah pemilihan dengan lebih dari 2 juta pemilih.

AA: Kampanye dalam pemilu yang baru saja berakhir pada waktu itu berubah menjadi pahit. Pelajaran apa yang dapat dipetik? Adakah ini berpotensi mempengaruhi pemerintahan India dalam jangka panjang?

Bhattacharyya: Pemilihan adalah ujian sejati demokrasi di mana para pemilih berkuasa. Mengingat semangat tradisi demokrasi India, wajar jika pemilihan umum diperjuangkan dengan keras oleh para kandidat. Tetapi mereka semua menyadari bahwa mereka harus menanggapi etos India dan aspirasi rakyat. Akhirnya, semua orang menerima hasil pemilu dan mulai bekerja untuk agenda bersama.

AA: Partai-partai politik di India sering mengangkat masalah kredibilitas EVM. Seberapa jauh mesin-mesin ini aman dari gangguan dan sekarang sepenuhnya diputuskan bahwa India tak akan pernah kembali ke kertas suara?

Bhattacharyya: EVM adalah tanda kemajuan teknologi yang luar biasa dalam pemilihan kami. Ini perangkat mandiri, tak terhubung ke internet dan tak mudah rusak. Namun, menanggapi kekhawatiran itu, semua EVM India memiliki bukti kertas terlampir.

AA: Berkaca dari pemilu terakhir di Amerika Serikat, ada laporan campur tangan kekuatan asing untuk mempengaruhi pilihan pemilih. Bagaimana India mengisolasi sistemnya dari pengaruh asing seperti itu?

Bhattacharyya: Tradisi demokrasi kita kuat dan kemandirian institusi kita mempromosikan kepercayaan pada demokrasi. Pemilih India paham dan tidak dapat dengan mudah terpengaruh.

AA: Kejahatan dan uang berperan dalam pemilihan India selama bertahun-tahun sebelumnya. Jumlah kandidat dengan kasus pidana meningkat. Apa langkah-langkah India untuk mengantisipasi kecenderungan seperti itu?

Bhattacharyya: Baik pemerintah maupun masyarakat sipil telah bekerja untuk meminimalkan dampaknya melalui undang-undang dan peraturan yang membatasi proses pemilihan.

AA: Dalam pemilihan ini, kami melihat kandidat yang menang menggunakan ikon kebebasan India Mahatma Gandhi, yang dipuja orang di seluruh dunia karena filosofi non-kekerasannya. Ini mengindikasikan apa, arah yang mungkin diambil India?

Bhattacharyya: Status Mahatma Gandhi sebagai Bapak Bangsa dan kompas moral bagi generasi India tetap tidak berkurang.

AA: Persentase perolehan suara di mayoritas Muslim Lembah Kashmir di India yang dikelola Jammu dan Kashmir turun drastis dari 31,05 persen pada 2014 menjadi 19,04 persen pada 2019. Mengapa ada apatisme terhadap proses demokrasi dan langkah apa yang diambil untuk menanamkan kepercayaan?

Bhattacharyya: Negara bagian Jammu dan Kashmir menjadi sasaran serangan teroris lintas-batas yang intens dari Pakistan, dan menyebabkan kesengsaraan besar bagi rakyat. Namun, rakyat bertekad untuk menegaskan hak-hak konstitusional mereka dan berpartisipasi dalam proses demokrasi yang dinikmati seluruh negara. Semua partai politik arus utama berpartisipasi dalam pemilihan.

AA: Tampaknya minoritas terbesar India tidak cukup terwakili di Parlemen. Dari aliansi yang berkuasa, hanya satu kandidat Muslim yang menang. Banyak orang mengatakan tren ini adalah cerminan dari kepercayaan majemuk India. Apakah ada langkah-langkah untuk memastikan representasi yang tepat dari komunitas Muslim yang besar ini dalam sistem?

Bhattacharyya: India adalah negara sekuler dan pemilihan umum tidak diperebutkan berdasarkan garis komunal. Representasi terpisah untuk Hindu dan Muslim diikuti pada zaman kolonial. Semua warga negara India menikmati kesempatan yang sama berdasarkan Konstitusi di India Independen.

AA: Pemilu menjadi urusan mahal di India. Kami melihat partai politik semakin mengandalkan kandidat kaya, yang dapat membayar tagihan mereka. Apa langkah-langkah yang diambil untuk membentuk arena permainan yang adil, demi memastikan pekerja politik jujur yang menjadi wakil di lembaga pembuat hukum ini?

Bhattacharyya: Sejumlah undang-undang dan peraturan yang berlaku membatasi pengeluaran untuk pemilu oleh para kandidat. Ada banyak langkah reformasi yang sedang dibahas untuk memperbaiki situasi lebih lanjut.

AA: Sekarang pemilihan di India telah berakhir, apa yang akan menjadi prioritas pemerintah baru—dalam masa jabatan kedua Perdana Menteri Modi?

Bhattacharyya: PM Modi telah terpilih, ini mandat yang luar biasa dari rakyat karena keberhasilan dalam pemerintahan, pembangunan dan keamanan. Ini akan terus menjadi prioritas pemerintah baru.

AA: Apakah Anda melihat ada perubahan visi pemerintah baru terkait prioritasnya di bidang diplomatik?

Bhattacharyya: Agenda diplomatik India akan terus berfokus pada pemajuan otonomi strategis. Ini akan dicapai dengan fokus pada pertumbuhan ekonomi di satu sisi dan meningkatkan keterlibatan diplomatik di dunia global pada sisi lain. Kami melihat pergeseran ke arah multi-polaritas dan kebutuhan akan demokrasi, fokus pembangunan, transparansi, dan sistem berbasis aturan dalam tatanan global yang direformasi.

AA: Persoalan apa yang menjadi perhatian mendesak pemerintah baru di bidang keamanan dan diplomatik?

Bhattacharyya: Terorisme lintas perbatasan dari Pakistan berdampak pada keamanan tak hanya di India tetapi juga negara-negara lain di kawasan ini. Kami berharap dapat bekerja sama dengan komunitas global dalam mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman ini dan melindungi dunia yang beradab.

AA: Sebagai utusan India di Ankara, bagaimana Anda melihat hubungan bilateral India dan Turki selama masa pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi yang kedua?

Bhattacharyya: Kami melihat momentum kuat dan langkah konkret untuk mempererat kerja sama hubungan bilateral India-Turki dalam beberapa tahun terakhir. PM Modi dan Presiden Erdogan memiliki pemahaman yang sangat baik. Mereka akan melanjutkan kerja sama tingkat tinggi dalam periode kedua. Di masa lalu, mereka sering bertemu (kunjungan Modi pada 2015 ke Antalya, kunjungan Erdogan pada 2017 ke New Delhi dan pertemuan G20 di Hangzhou juga BRICS di Johannesburg) dan melakukan banyak percakapan telepon. Mereka memberi arahan dan menambahkan muatan pada hubungan bilateral dengan langkah-langkah positif di bidang politik-keamanan, ekonomi dan budaya. Kedua pemimpin kembali berkuasa dengan mandat kuat. Saya yakin hubungan bilateral kita akan terus kokoh dan memperluas wawasan baru. Hubungan yang terus berkembang ini akan menjadikan kami mitra di abad ke-21 dan pemain utama masalah regional serta global.

AA: Apa konvergensi kedua negara yang perlu kita bangun untuk memperkuat hubungan? Juga apa saja tantangannya?

Bhattacharyya: India dan Turki memiliki pengembangan dan demografi yang menguntungkan. Sebagai anggota G20 dan ekonomi yang tumbuh pesat, kami memiliki potensi untuk meningkatkan keterlibatan ekonomi, baik secara bilateral maupun negara ketiga, untuk saling menguntungkan. Kami juga berkoordinasi lebih erat pada isu-isu politik dan keamanan dan memainkan peran yang lebih memungkinkan terkait masalah regional dan global. India dan Turki menghadapi tantangan serupa dalam terorisme lintas batas dan memiliki tanggung jawab bersama untuk menghadapi ancaman ini dan menyelesaikan akar terorisme. Demikian pula, kita bersama-sama dapat mengatasi tantangan perubahan iklim, pendekatan multilateral untuk perdagangan dan pembangunan dan masalah global lainnya. Saya melihat prospek luar biasa untuk meningkatkan kerja sama dan keterlibatan di bidang-bidang vital ini serta meningkatkan keterlibatan bilateral di semua sektor.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.