Analisis

Invasi pimpinan Amerika Serikat tidak membawa apapun selain bencana

Irak kehilangan seluruh generasinya karena invasi yang dipimpin oleh AS

Tallha Abdulrazaq  | 28.03.2018 - Update : 28.03.2018
Invasi pimpinan Amerika Serikat tidak membawa apapun selain bencana

London, City of

LONDON

15 tahun yang lalu, Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya meluncurkan salvo pembukaan kampanye militer untuk menghancurkan Irak dengan mimpi mengubah wajah Timur Tengah selamanya. Sebuah kampanye militer yang efeknya mempengaruhi seluruh dunia. Kediktatoran Partai Baath Irak di bawah Saddam Hussein dengan cepat digulingkan. Rakyat Irak dijanjikan perdamaian, kemakmuran dan demokrasi, tapi nyatanya mereka nyaris tidak menerima apa pun kecuali kematian, teror, dan kekacauan. AS tidak hanya menghancurkan rezim Partai Baath, tetapi juga Irak sebagai bangsa dan negara yang multi-etnis, multi-agama.

Awal dari 'perubahan rezim'

Bertentangan dengan keyakinan banyak pihak, bukan peristiwa serangan teroris 9/11 di New York yang mendorong Washington untuk memberlakukan perubahan rezim di Irak. Pada tahun 1998, di bawah pemerintahan Presiden Bill Clinton, Undang-Undang Pembebasan Irak ditandatangani menjadi undang-undang, dan secara khusus menetapkan bahwa keputusan tersebut akan menjadi kebijakan AS dalam usahanya "menghapus rezim yang dipimpin oleh Saddam Hussein" di Irak, dan untuk mendukung kelompok-kelompok yang menentang Saddam guna melakukan transisi negara dari kediktatoran menjadi demokrasi.

Beberapa kelompok yang telah dikooptasi oleh Washington ke dalam rencana besarnya tersebut adalah gerakan politik separatis Kurdi, partai-partai Islamis Syiah yang teokratis terkait dengan Iran, dan kelompok oposisi Irak yang tidak puas dengan pemerintahan Saddam lainnya. Yang cukup menarik adalah, sebagian besar kelompok-kelompok ini tak memiliki banyak kaitan dengan demokrasi, seperti kanker yang memiliki mimpi hidup sehat. Namun, AS memutuskan untuk ikut campur tangan dengan kelompok-kelompok ini bukan karena mereka peduli tentang demokrasi dan hak asasi manusia di Timur Tengah, tetapi murni karena rezim Saddam Hussein tidak mau turut bermain dengan aturan Washington.

Setelah terpilihnya Presiden George W. Bush dan tragedi 9/11, salah satu tindakan pertama pemerintahan Bush adalah mendorong perang melawan Irak. Hampir lima jam setelah teroris al-Qaeda menabrakkan pesawat komersial ke Pentagon, Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld mengeluarkan perintah kepada para pembantunya untuk menyerang Irak. Keputusan Rumsfeld terlepas dari kenyataan bahwa tidak mungkin dia begitu yakin bahwa Irak telah memerintahkan serangan teror ke markas militer AS, apalagi membantu dan mendukungnya. Apa yang diputuskan Rumsfeld ini menunjukkan kecenderungan ekstrem dan ideologis yang dilatarbelakangi oleh keinginan menyerbu Irak tanpa alasan apa pun, dan dengan sepenuhnya mengabaikan korban manusia. Ini seperti petualangan militer.

Yang terjadi selanjutnya adalah kebohongan-kebohongan, fabrikasi dan penipuan langsung dari komunitas internasional maupun domestik. Pemerintahan Bush mulai membuat bukti mengenai dugaan senjata pemusnah masal yang dimiliki Irak. Di Inggris, pemerintahan Perdana Menteri Tony Blair memalsukan bukti dalam apa yang dikenal sebagai "Dodgy Dossier" yang menuduh Saddam Hussein dapat menyebarkan senjata pemusnah massal dalam waktu 45 menit, yang menjadi ancaman bagi Barat. Kenyataannya, tidak ada senjata pemusnah massal, terlepas dari fakta bahwa Menteri Luar Negeri Colin Powell secara terbuka berbohong kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa sebelum invasi, dan 13 tahun kemudian menyebut penipuannya sebagai "noda" dalam kariernya. Satu-satunya hal yang tampaknya diperhatikan Powell adalah persepsi tentang kariernya, bukan kehidupan Irak yang tak terhitung banyaknya yang dia bantu hancurkan.

Biaya invasi kemanusian

Invasi itu sendiri benar-benar menjadi malapetaka. The Lancet, jurnal medis Inggris bergengsi, menerbitkan sebuah studi pada tahun 2006 yang menunjukkan bahwa sekitar 655.000 warga Irak telah meninggal sebagai akibat langsung dari invasi. Dengan kata lain, dalam waktu kurang dari tiga tahun, Amerika Serikat, al-Qaeda dan milisi Syiah yang setia kepada Iran berhasil membunuh sepertiga lebih banyak orang daripada rezim partai Baath. Selain itu, Suriah, Rusia dan lebih banyak militan pro-Iran berhasil membunuh banyak orang di Suriah dalam enam tahun perang. Kajian ilmiah tersebut menjadi peringatan bagi para arsitek invasi Irak akan harga yang harus dibayar. Penasihat untuk kajian ilmu pengetahuan Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan bahwa studi yang diterbitkan oleh The Lancet sangat berpengahuh.

Pendudukan AS berlangsung lima tahun setelah publikasi studi tersebut. Sektarianisme yang didukung Iran, program penyiksaan yang disponsori Baghdad dan regu tembak, serta terorisme Daesh (ISIS) telah menimbulkan lebih banyak kematian. Kita tidak perlu heran jika jutaan orang Irak telah mati sebagai akibat langsung dari invasi, dan kita harus malu bahwa media cenderung mengabaikan liputan yang bermutu dari bencana kemanusiaan ini. Alih-alih meliput tentang tragedi kemanusiaan, media lebih cenderung meliput cerita yang sensasional seperti eksekusi dan kejahatan perang Daesh.

Seluruh generasi Irak telah hilang karena invasi pimpinan AS. Ini tidak bisa dimaafkan. Seharusnya negara yang turut serta mendukung AS menginvasi Irak memberi kompensasi kepada korban – seperti Jerman dipaksa membayar ganti rugi atas kejahatan rezim Nazi setelah Perang Dunia II. Tampaknya adil bahwa negara-negara yang secara langsung berpartisipasi dalam pemusnahan massal dan genosida rakyat Irak mendukung warga Irak untuk menjadi merdeka dari proses pembangunan yang korup ini untuk kemudian membangun negaranya sendiri. Kalau tidak, kita semua tahu siapa yang harus disalahkan atas kejahatan terbesar pada milenium ini.

*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis sendiri dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Anadolu Agency


Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın