Analisis, Nasional

EKSKLUSIF: Ma'ruf Amin: Turki adalah mitra strategis Indonesia

Tidak banyak negara dengan model Islam moderat yang bisa mengatasi benturan antara keislaman dan kebangsaan

Dandy Koswaraputra, Pizaro Gozali İdrus, Rhany Chairunissa Rufinaldo  | 06.12.2019 - Update : 14.01.2020
EKSKLUSIF: Ma'ruf Amin: Turki adalah mitra strategis Indonesia Wakil Presiden Indonesia, Ma'ruf Amin berbicara selama wawancara dengan Anadolu Agency di Kantor Wakil Presiden di Jakarta, Indonesia pada 5 Desember 2019. ( Anton Raharjo - Anadolu Agency )

Jakarta Raya

JAKARTA 

https://www.youtube.com/watch?v=V4KsGYMKZEY

Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin mendapatkan tugas khusus dari Presiden Joko Widodo, sejak dilantik pada 20 Oktober 2019 lalu, antara lain penguatan program deradikalisasi, pengembangan industri halal dan ekonomi syariah.

Namun, dia menegaskan bahwa sejatinya tugas Presiden dan Wakil Presiden saling beriringan karena memiliki visi yang sama.

Wapres Ma’ruf Amin menjelaskan lebih detail mengenai tugas-tugas khususnya tersebut kepada Anadolu Agency dalam wawancara eksklusif pada Kamis, 5 Desember 2019, di kantor Wakil Presiden di Jakarta. Berikut petikannya:   

Anadolu Agency (AA): Dalam lima tahun ke depan ini, apa saja yang menjadi prioritas bagi Anda sebagai Wakil Presiden? Tugas apa yang diberikan presiden kepada Anda?

Ma’ruf Amin (MA): Sebenarnya sebagai wakil presiden, visinya sama dengan presiden. Ada lima visi yang ingin kita capai, yaitu pengembangan sumber daya manusia, pembangunan infrastruktur, penyederhanaan regulasi, reformasi birokrasi dan transformasi ekonomi.

Semua yang menjadi tugas. Tetapi, ada tugas khusus yang diberikan oleh presiden, antara lain soal pemberdayaan UMKM, penanggulangan kemiskinan, termasuk stunting, pengembangan ekonomi syariah dan penanggulangan radikalisme.

AA: Anda dikenal sebagai tokoh yang peduli pada isu ekonomi Syariah dan industri halal, bagaimana arah ekonomi Syariah Indonesia yang Anda ingin bentuk ke depan?

MA: Pemerintah memandang penting pengembangan dan penguatan ekonomi syariah. Oleh karena itu, pemerintah membentuk Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) yang diketuai oleh presiden.

Komite itu sedang diperluas cakupannya dengan merevisi Perpres supaya tidak hanya mencakup keuangan, tetapi juga ekonomi syariah. Setidaknya ada empat sasaran yang ingin dicapai dari pengembangan ekonomi syariah.

Pertama, industri halal, yang mencakup makanan, minuman, kosmetik dan pariwisata. Industri halal perlu dikembangkan karena selama ini Indonesia hanya berfungsi memberikan sertifikasi baik bagi produk dalam maupun luar negeri. Kita juga berupaya untuk menjadi konsumen dan produsen produk halal.

Menurut data, Indonesia merupakan konsumen produk halal terbesar, tetapi belum menjadi produsen. Untuk itu, kita akan menggalakkan industri halal agar bisa menjadi produsen, tidak hanya untuk kebutuhan dalam negeri tetapi juga untuk ekspor.

Kedua, kita ingin mengembangkan industri keuangan syariah, yang mencakup perbankan, industri keuangan non-bank seperti asuransi dan pegadaian, pasar modal dan sukuk.

Ketiga, kita ingin membangun social funds keagamaan, yaitu zakat dan wakaf. Kalau kita kembangkan potensinya besar sekali. Saat ini, zakat hanya bisa dipungut sekitar Rp8 triliun, hanya 3,5 persen dari potensi yang kita miliki sebesar Rp230 triliun. Sementara itu, wakaf juga memiliki potensi besar yang jika dikembangkan bisa menjadi “dana murah” yang dapat mendorong perkembangan investasi di dalam negeri. 

Keempat, bisnis syariah, terutama usaha-usaha kecil dan menengah. Kita akan dorong pertumbuhannya sesuai dengan prinsip kita yang ingin mengembangkan dunia usaha.

Tingkat usaha kecil kita sangat besar mencapai 98 persen, tetapi harus terus ditingkatkan kualitas dan jumlahnya. Usaha kecil dan menengah juga menyerap tenaga kerja lebih dari 75 persen.

UMKM ini umumnya juga menjadi nasabah dari lembaga keuangan syariah. Lembaga keuangan syariah sebagai armada sudah sangat banyak, tetapi penumpangnya yang masih kurang. Ini yang akan kita tumbuhkan dan sinergikan.

AA: Peran apa yang Anda mainkan terkait dengan otoritas yang sekarang Anda pegang dalam hal pemberdayaan masyarakat?

MA: Kita ingin terus mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan mengembangkan pengusaha-pengusaha kecil dan menengah.

Kita sudah melakukan koordinasi dan sinergi semua lembaga dan kementerian untuk bekerja sama untuk mengangkat usaha-usaha ini. Kita juga ingin melibatkan kelompok pengusaha besar dan BUMN, agar mereka tidak masuk ke wilayah atau menangani usaha kecil.

Pengusaha besar dan BUMN harus melakukan kolaborasi dan kemitraan dengan pengusaha kecil untuk mengangkat mereka agar lebih besar. Jangan sampai UMKM menjadi perusahaan yang terkena stunting atau terhambat pertumbuhannya.

Kita juga mengajak kelompok e-commerce untuk memasarkan produk-produk UMKM baik di dalam negeri maupun luar negeri serta memberikan bimbingan supaya mereka bisa menghasilkan produk yang market friendly.

AA: Indonesia sekali lagi akan menjadi tuan rumah pertemuan trilateral dengan ulama Afghanistan dan Pakistan tahun depan, apa tujuan yang ingin dicapai dari pertemuan itu?

MA: Kita akan mendorong kesepakatan deklarasi Bogor itu supaya tidak hanya menjadi kesepakatan bahwa mereka bisa bersatu. Tapi betul-betul bisa diimplementasikan di dalam tataran pelaksanaannya.

Oleh karena itu pertama kita akan dorong agar di antara mereka ada titik temu di antara perbedaan itu. Bahasa kita ada Kalimatun sawa (kesepahaman bersama) sehingga ada titik temu yang bisa menyatukan. Kedua, supaya mereka ada kesepakatan nasional atau itiffaq wathaniyah.

Kita mengikuti cara kita Indonesia. Indonesia ini kan lebih majemuk daripada Afghanistan. Indonesia agamanya saja ada enam agama. Di Afghanistan satu. Di sini suku 700. Afghanistan paling tujuh.

Tetapi kita punya titik temu yakni Pancasila, dan kemudian punya kesepakatan-kesepakatan yang kita tuangkan dalam UUD 1945. Dengan kesepakatan itu, akhirnya Indonesia menjadi satu, utuh.

Walau tingkat kemajemukannya tinggi sekali. Dan kita ingin mengajak dan membawa Afghanistan seperti itu. Kenapa tidak bisa? Mereka agamanya satu.

Mazhab (Islam)-nya mungkin cuma satu. Kemudian sukunya tujuh. Kenapa tidak bisa? Ini yang ingin kita dorong.

AA: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dijadwalkan mengunjungi Indonesia tahun depan. Apa pendapat Anda tentang potensi kerja sama kedua negara?

MA: Turki adalah mitra strategis Indonesia dan kita terus membangun hubungan khususnya di bidang perdagangan dan kebudayaan.

Kita juga banyak mengirim mahasiswa untuk belajar di Turki dan ada banyak sekolah Turki yang didirikan di sini. Kita juga sama-sama anggota G20 dan sama-sama negara muslim moderat.

Tidak banyak negara dengan model Islam moderat yang bisa mengatasi benturan antara keislaman dan kebangsaan. Kita sama-sama punya keinginan untuk memajukan ekonomi masyarakat Islam agar bangkit dan tidak terpuruk.

Kita juga sama-sama ingin membangun perdamaian dunia. Oleh karena itu, kita mengembangkan prinsip ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Muslim). Di Indonesia, prinsip Islamic brotherhood sudah banyak diterapkan, tetapi di kawasan belum cukup diadopsi.

Masih banyak konflik di sana sini. Untuk itu, bersama Turki, Indonesia ingin menguatkan prinsip tersebut agar kita bisa menjadi mediator untuk membangun perdamaian. Kita juga berusaha membangun ukhuwah insaniyah (persaudaraan kemanusiaan).

Saat ini konflik banyak ditangani dengan jalan politik dan militer, tetapi tidak kunjung selesai. Untuk itu, kita ingin mencoba menggunakan pendekatan keagamaan dan peradaban untuk menyelesaikan konflik.

Sebagai mitra, Indonesia ingin mengajak Turki, bersama dengan pemimpin-pemimpin dunia untuk bekerja sama mengusung pendekatan-pendekatan tersebut untuk menyelesaikan konflik-konflik yang sedang berlangsung.

AA: KTT Kuala Lumpur akan diadakan antara 18-21 Desember. Sekitar 450 pemimpin dan pemikir dari dunia Muslim akan menghadiri acara tersebut. Apakah Anda pikir akan ada badan Muslim baru yang didirikan? Apa pendapat Anda tentang KTT?

MA: Sepertinya KL Summit belum akan membentuk suatu kelembagaan [seperti OKI], tetapi penyamaan persepsi bahwa kita sedang menghadapi masalah. Negara-negara Islam masih banyak yang lemah secara ekonomi.

Oleh karena itu, kita harus memikirkan bagaimana cara membangun kekuatan ekonomi negara-negara Islam. Negara-negara Islam juga kehilangan pamor kebudayaan.

Dulu, negara Islam menjadi pusat budaya, tetapi saat ini kita terlihat seperti tidak memiliki kekuatan politik dan budaya. Kemudian, masih banyak konflik yang terjadi di negara-negara Islam baik secara internal maupun antar negara.

Hal itu terjadi karena melemahnya kesatuan, keutuhan dan kerja sama antara negara-negara Islam. Kita belum tahu apakah nantinya KL Summit akan memperkuat OKI atau membentuk kelompok baru yang bisa memberikan nilai-nilai baru untuk memperkuat dan memberdayakan negara-negara Islam.

AA: Peran Indonesia di level ASEAN sebagai leader, tapi banyak kritik ketika peran kita tidak konkret misalnya pada kasus Rohingya. Ada tekanan yang sangat tidak manusiawi kepada Rohingya. Punya langkah konkret mendamaikan atau mencari solusi di Myanmar?

MA: Saya kira Indonesia sudah mengambil peran ya terutama dalam rangka repatriasi dan bersama-sama negara ASEAN lain membantu Rohingya dalam menghadapi masalah-masalah itu.

Bahkan Indonesia sudah membangun sekolah-sekolah di Rohingya itu kemudian juga membangun rumah sakit. Sudah jadi rumah sakitnya tinggal dioperasikan.

Jadi peran-peran itu kita, peran sosialnya, peran politiknya, kita terus. Pak Jokowi pernah ke sana, Pak JK pernah ke sana, kita terus mendorong dan mengajak PBB. Indonesia sudah mengambil peran cukup besar dalam rangka menangani masalah Rohingya.

AA: Volume perdagangan Indonesia-Turki belum mencapai tingkat yang maksimal. Menurut Anda, bagaimana cara Indonesia meningkatkan neraca perdagangan dengan Turki?

MA: Tadi saya katakan Turki adalah mitra strategis Indonesia. Oleh karena itu, kita akan terus memperbarui perjanjian perdagangan agar saling menguntungkan, saling membantu dan memberi satu sama lain. Kita akan terus perbaiki perjanjian dagang.

Prinsipnya kita ingin sama-sama memajukan perdagangan. Apa yang kita miliki bisa diekspor ke Turki saling melengkapi. Dengan demikian akan terbentuk mitra dagang strategis [yang seimbang].


Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.