Regional

Ekstrak ganja ringankan gejala epilepsi, kanker dan parkinson

14 pasien kanker yang menerima perawatan paliatif merasa sakit mereka berkurang lebih dari 50 persen, memiliki lebih banyak nafsu makan dan menambah berat badan

Muhammad Nazarudin Latief  | 07.09.2020 - Update : 08.09.2020
Ekstrak ganja ringankan gejala epilepsi, kanker dan parkinson Ilustrasi: Tanaman ganja. (Khalis Surry - Anadolu Agency )

Jakarta Raya

JAKARTA

Sebuah studi awal menemukan bahwa pasien, termasuk penderita kanker, mendapat manfaat dari pengobatan ekstrak ganja dan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, ujar Organisasi Farmasi Pemerintah (GPO) Thailand. 

Seorang ahli di GPO Nanthakan Suwanpidokkul mengatakan studi dilakukan setelah pihaknya mendistribusikan ganja medis ke rumah sakit umum dan swasta Agustus tahun lalu, seperti dikutip dari Bangkok Post, Senin. 

Dia mengatakan Prasat Neurological Institute dan Queen Sirikit National Institute of Child Health menemukan bahwa ganja meningkatkan kondisi 10 atau 62 persen dari 16 anak penderita epilepsi yang sebelumnya sulit diobati dan sangat sulit diobati.

Prasat Neurological Institute juga menemukan bahwa lima dari tujuh pasien multiple sclerosis yang tidak menanggapi pengobatan standar, membaik saat dirawat dengan ekstrak THC: CBD (1: 1).

THC adalah tetrahydrocannabinol dan CBD adalah cannabidiol.

National Cancer Institute melaporkan bahwa 14 pasien kanker yang menerima perawatan paliatif merasa sakit mereka berkurang lebih dari 50 persen, memiliki lebih banyak nafsu makan, menambah berat badan dan tidur lebih nyenyak setelah menerima ekstrak THC: CBD (1: 1) selama tiga bulan, Kata Nanthakan.

Departemen Layanan Medis menerapkan ekstrak THC dan obat-obatan normal kepada 42 pasien kanker stadium akhir di klinik ganja medis di provinsi selama sebulan dan menemukan perbaikan pada rasa sakit, kehilangan nafsu makan dan insomnia.

Kebanyakan pasien menanggapi pengobatan secara positif tanpa efek samping yang parah.

Mereka biasanya menderita bibir dan tenggorokan kering, kebingungan, sakit kepala dan jantung berdebar-debar, serta mual dan muntah, kata Nanthakan.

Untuk pasien Parkinson, THC: CBD (1: 1) diterapkan pada 16 pasien di Rumah Sakit Sakonnakhon di provinsi Sakon Nakhon selama tiga bulan. Kondisi mereka membaik.

Kebanyakan dari mereka tidur lebih nyenyak dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik tanpa memengaruhi ingatan mereka.

GPO juga menemukan bahwa THC dan CBD memiliki efek yang berbeda dalam menghambat sel kanker dalam tabung reaksi.

Diasumsikan bahwa kombinasi THC dan CBD dapat menghambat pertumbuhan sel pada kanker payudara, pankreas dan saluran empedu.

Lebih banyak tes dapat dilakukan pada hewan nanti, kata Nanthakan.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.