Ekonomi

S&P berikan prospek stabil untuk bank Malaysia

Namun lembaga pemeringkat ini juga mengingatkan agar bank-bank mewaspadai efek fintech

Muhammad Nazarudin Latief  | 03.09.2019 - Update : 03.09.2019
S&P berikan prospek stabil untuk bank Malaysia Ilustrasi: Uang Malaysia. (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA

Standard & Poor (S&P) Global Ratings mempertahankan prospek stabil (stable outlook) untuk semua bank di Malaysia, namun meminta mewaspadai tantangan eksternal dan efek teknologi keuangan (fintech) yang secara radikal bisa mengganggu industri perbankan.

Bank-bank di Malaysia saat ini sedang menghadapi berbagai masalah seperti perang dagang, perlambatan ekonomi regional yang dipimpin China, meredam sentimen bisnis domestik, dan menurunkan harga komoditas.

"Selain itu, pemberi pinjaman perlu menghadapi kemungkinan bahwa teknologi keuangan dapat secara radikal mengganggu industri mereka," kata analis S&P Global Ratings Rujun Duan, seperti dilansir Bernama.

"Namun faktor-faktor seperti itu belum mempengaruhi peringkat kami yang mempertahankan prospek yang stabil pada semua bank di Malaysia," katanya dalam sebuah laporan berjudul “Malaysian Banking Outlook: Incumbents Feel The Squeeze".

Menurut laporan itu, bank-bank di Malaysia kini menghadapi tekanan yang perlahan-lahan dapat mengikis kekuatan finansial mereka jika tidak ditangani.

Dia mengatakan S&P memproyeksikan kredit bank Malaysia akan tumbuh 3-5 persen pada 2019, sekitar setengah dari pertumbuhan yang dicapai pada 2015.

"Kami juga memperkirakan margin bunga bersih industri akan berkontraksi 5-10 basis poin pada tahun ini, mengikuti penurunan suku bunga dan persaingan perbankan dalam negeri yang memanas untuk bunga tabungan,” ujar dia.

Rumah tangga di Malaysia mengalami deleveraging (penurunan tingkat utang) selama tiga tahun terakhir. Belakangan masalah bertambah dengan perang dagang dan gejolak pasar modal yang membebani sentimen konsumen dan menghambat investasi.

Di sisi lain, bank-bank Malaysia memberikan lebih dari setengah (58 persen) dari pinjamannya kepada rumah tangga. Dengan demikian, indikator yang menunjukkan pelemahan pinjaman rumah tangga akan menjadi tanda buruk bagi bank.

Bank Negara Malaysia memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Mei dan masih ada satu lagi kebijakan suku bunga yang diharapkan keluar tahun ini.

Kebijakan moneter The Federal yang lebih akomodatif memberi ruang bagi bank sentral regional untuk melonggarkan kebijakan, mengurangi margin bersih bunga bank.

Melihat prospek pertumbuhan, bank-bank Malaysia merespons dengan memangkas biaya operasional, menutup cabang, dan memangkas staf.

Sedangkan rasio biaya terhadap pendapatan atau cost-to-income ratio (CIR) bank Malaysia berada pada kisaran 47 persen - 48 persen selama dua tahun terakhir.

Bank-bank Malaysia juga telah melakukan diversifikasi bisnis ke negara-negara seperti Singapura dan Indonesia. Secara umum, ini adalah strategi yang baik karena margin bunga bersih lebih tinggi di pasar tersebut.

“Tapi pada situasi yang tidak baik, operasi bank-bank Malaysia di luar negeri cenderung menurunkan laba grup, seperti yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir kerugian di sektor minyak dan gas lepas pantai Singapura dan sektor pertambangan dan komoditas Indonesia,” ujar dia.

Singapura, sebagai negara dengan ekonomi yang sangat terbuka, kemungkinan akan merasakan efek penuh dari perlambatan makro selama 12-18 bulan ke depan, sehingga mengurangi keuntungan bagi bank.

Ekonomi Singapura tumbuh hanya 0,1 persen year to year di triwulan kedua, perlambatan yang ditandai dari pertumbuhan 1,1 persen yang dicatat pada triwulan sebelumnya, kata Duan.

Dalam situasi seperti ini, datanglah perbankan digital. Pemerintah Malaysia akan memberikan izin perbankan digital pertama negara itu dalam 12-24 bulan ke depan.

Izin ini akan memungkinkan kelompok industri teknologi dan telekomunikasi seperti Grab dan Axiata bersaing langsung dengan bank dalam memberikan pinjaman dan simpanan, tanpa mendirikan kantor jaringan cabang memakan ongkos operasional tinggi.

Raksasa teknologi terkemuka internasional seperti Alibaba Group dan Tencent Holdings, yang sudah memiliki pangsa pasar pembayaran digital yang cukup besar di Malaysia juga bisa menjadi kompetitor bank Malaysia.

Kedua perusahaan besar ini terbukti sangat kompetitif dalam layanan keuangan digital di China.

"Kelompok-kelompok teknologi berpotensi bersaing dengan pemberi pinjaman tradisional di hampir semua lini perbankan. Untuk mengelola ancaman ini, bank-bank perlu banyak berinvestasi dalam teknologi," tambah dia.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın