NATO perkuat pengelolaan krisis setelah penarikan pasukan dari Afghanistan
Menlu anggota NATO mendiskusikan pelajaran yang dapat diambil dari krisis Afghanistan, dan menetapkan tujuan baru pada hari terakhir pertemuan di Latvia
BRUSSELS
NATO ingin memperkuat alat manajemen krisis dan kapasitas evakuasi menyusul penarikan aliansi dari Afghanistan, kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada Rabu.
Para menteri luar negeri anggota NATO pada Selasa berkumpul di ibu kota Latvia, Riga, untuk mengikuti konferensi selama dua hari untuk membahas masalah keamanan yang paling mendesak bagi aliansi tersebut.
Pada hari kedua pertemuan itu, para diplomat tinggi membahas pelajaran yang dipetik dari 20 tahun kehadiran NATO di Afghanistan, penarikan pasukan dari negara itu, dan pengambilalihan cepat pemerintahan oleh Taliban.
“Untuk masa depan, kita harus mengeksplorasi bagaimana memperkuat kemampuan NATO melakukan upaya evakuasi skala besar dalam waktu singkat” dan memperkuat alat manajemen krisis NATO, kata Stoltenberg pada konferensi pers pada acara penutupan.
Stoltenberg mengakui bahwa Amerika Serikat, Inggris, Turki, dan Norwegia memberikan keamanan dan mengoperasikan bandara (Kabul) dalam keadaan yang sangat sulit untuk mendukung evakuasi dari negara tersebut.
Dia juga mencatat bahwa NATO mencapai tujuannya untuk mencegah Afghanistan menjadi tempat yang aman bagi terorisme internasional, dan membuktikan bahwa aliansi itu dapat melakukan operasi manajemen krisis yang besar dan kompleks.
Pada hari yang sama, para menteri luar negeri NATO juga membahas situasi keamanan di Ukraina dan Georgia, serta ketegangan baru-baru ini di Balkan Barat.