
Jakarta Raya
Megiza Asmail
JAKARTA
Sejak pukul 10.00 WIB pintu masuk tenda suvenir yang terdapat di Zona Bhinbhin kompleks Gelora Bung Karno selama Asian Games sudah dipadati ratusan pengunjung. Bagi sebagian pengunjung, menonton pertandingan menjadi target kedua. Membawa pulang suvenirlah yang menjadi incaran pertama.
Seperti yang diakui Irma, 37 tahun, pengunjung dari Bekasi yang rela masuk dalam antrean yang sudah cukup panjang demi membawa pulang cinderamata khas Asian Games. "Sengaja datang beberapa jam sebelum pertandingan biar bisa beli suvenir," kata dia saat ditanya Anadolu Agency, Selasa.
Selama sepuluh hari gelaran Asian Games 2018 berlangsung, pemandangan antrean pengunjung yang mengular di depan booth suvenir memang terbilang mencengangkan. Alasannya, booth suvenir tidak terlalu besar, namun antrean bisa mencapai 300an orang untuk satu kali masuk.
Ya, tidak seperti gerai pada umumnya yang memberi keleluasaan bagi pengunjung untuk keluar-masuk, gerai suvenir Asian Games memberlakukan sistem buka-tutup, laiknya petugas lalu lintas mencegah 'deadlock' dalam kemacetan. Tenda hanya bisa menampung sekitar 100-an orang untuk setiap kali pintu dibuka.
"Ini di luar ekspektasi, meski dari hari pertama sudah seperti ini. Kita buka-tutup demi kenyamanan. Kemudian kita juga ada break selama dua jam. Seenggak-enggaknya, kalau sudah lancar, sudah beres kembali, baru kita buka lagi," tutur Revenue Vice Coordinator Asian Games 2018, Mochtar Sarman, saat berbicara kepada Anadolu Agency.
Mochtar menuturkan, penyelenggara sebenarnya sudah menyiapkan beberapa air-conditioner, penyegar ruangan, hingga kipas di dalam tenda suvenir. Namun, membludaknya pengunjung membuat suasana di dalam tenda mudah terasa sumpek.
"Walaupun AC sudah dipasang 19 derajat dan pakai kipas angin, tapi kan takutnya pada pingsan di dalam. Makanya kami bikin buka-tutup, tergantung suasana di dalam," ujar Mochtar.
Bicara tentang suvenir yang paling diburu, Mochtar mengatakan, boneka Bhinbhin, Atung dan Kaka menjadi cinderamata yang paling cepat ludes setiap kali pengunjung menyerbu masuk.
"Paling laku boneka. Semua sama. Bhinbhin, Atung dan Kaka itu selalu habis dalam waktu dua menit," kata Mochtar. "Jadi kalau pengunjung mau beli boneka harus antre pagi-pagi. Biasanya jam 09.00 sudah mulai ada antrean."
Suvenir tiga maskot Asian Games ini sendiri dijual dari harga yang beragam mulai dari Rp 79ribu untuk ukuran paling kecil, dan Rp 200ribu untuk ukuran paling besar. Mochtar menjelaskan, pembeli Bhinbhin, Kaka dan Atung tidak hanya pengunjung Indonesia, namun juga wisatawan asing hingga atlet-atlet mancanegara yang bertanding.
"Pembeli dari luar [negeri] nomor satu itu boneka yang dicari," imbuh dia.
Meski kedatangan pengunjung yang membludak, Mochtar memastikan boneka ketiga maskot akan tetap dipasok hingga hari penutupan Asian Games pada 2 September mendatang.
"Kita sudah jatahi setiap harinya pasti ada. Satu hari kita keluarkan sekitar 500 pieces, ya dalam dua menit itu tadi sudah habis," kata Mochtar sambil menambahkan bahwa hingga kemarin sudah 200ribuan boneka yang habis terjual.
Selain boneka, gerai suvenir juga menawarkan pin, boks penyimpan makanan, gelas, tas, kaus, kemeja hingga bingkai foto. Mochtar mengatakan, sebanyak 85 persen suvenir merupakan buatan Indonesia. Sedangkan sisanya dikirim langsung dari Malaysia ataupun China.
Mochtar menyebut salah satu cinderamata Asian Games buatan Malaysia adalah bingkai dari bahan timah dengan ornamen salah satu maskot pada bagian pojoknya. Untuk satu piecesnya, tanda mata dari perhelatan olahraga se-Asia itu dijual seharga Rp1,3 juta.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.