Potensi wisata letusan gunung berapi Indonesia
Fenomena alam gerhana matahari total Maret tahun lalu juga berhasil menjadi magnet bagi sejumlah wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia.

Jakarta
Hayati Nupus
JAKARTA
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho pada Kamis mengatakanKementerian Pariwisata perlu mengembangkan bencana gunung meletus sebagai potensi wisata.
“Nilai jualnya luar biasa, tak banyak fenomena gunung meletus di dunia,” kata Sutopo.
Sutopo mencontohkan letusan Gunung Kilauea di Hawaii, Amerika Serikat. Turis mancanegara berduyun-duyun demi melihat keindahan letusan gunung tersebut.
Di Indonesia, wisata bencana gunung berapi pernah dilakukan di Gunung Sinabung, Sumatera Utara dan Bromo, Jawa Timur. Sejak berstatus Awas pada 2015 lalu, Gunung Sinabung tak berhenti meletus dan sejumlah wisatawan mancanegara datang ke Sumatera Utara demi melihat letusan tersebut. Begitu pula yang terjadi di Gunung Bromo pada 2010.
“Pada malam hari lelehan lava tampak indah di Sinabung dan Bromo,” kata Sutopo.
Fenomena alam gerhana matahari total Maret tahun lalu juga berhasil menjadi magnet bagi sejumlah wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia.
Berdasarkan pantauan Badan Pusat Statistik (BPS) terhadap 19 pintu masuk mancanegara, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia meningkat 3,36 persen ketimbang bulan sebelumnya dari 863.130 menjadi 892.200 pengunjung.
Gunung meletus, kata Sutopo, tak meluluh musibah, namun bisa berbuah berkah. Asalkan wisata bencana tersebut dilakukan dengan sejumlah syarat. Pertama, turis tetap berada di zona aman di luar wilayah Kawasan Rawan Bencana (KRB). Semua gunung memiliki peta wilayah KRB.
Kedua, lokasi turis berada berlawanan dengan arah angin. Ketiga, untuk mengurangi resiko, pengunjung harus tetap sadar bencana dan mengenali bahaya gunung berapi.
“Kalau itu dilakukan, aman,” jamin Sutopo.
Wisata bencana Gunung Agung
BNPB telah membicarakan potensi wisata letusan Gunung Agung dengan Pemerintah Daerah (Pemda) Bali dan Association of Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA).
ASITA, kata Sutopo, menyambut baik gagasan ini. Sejumlah strategi sudah dilakukan, meski masih terbatas. Di antaranya adalah bersosialisasi wisata bencana dan menetapkan titik potensial.
“Justru ini menjadi kesempatan baru untuk menarik turis lokal maupun mancanegara untuk lava tour Gunung Agung atau menikmati pesta kembang api alam dengan memotret keindahan erupsi Gunung Agung dari titik aman,” kata dia.
Terdapat dua sudut pengambilan gambar Gunung Agung yang menarik. Pertama dari sisi laut, yaitu radius 25 kilometer sisi timur ke utara dengan potensi lanskap lontaran batu pijar dari kawah Gunung Agung, dan 35 kilometer dari sisi utara ke timur wisatawan dapat menangkap siluet Gunung Batur dengan lanskap latar belakang (background) erupsi Gunung Agung.
Dari sisi darat, terdapat empat titik menarik, salah satunya dari Pura Lempuyang.
Meski begitu, kata Sutopo, potensi wisata ini masih kurang sosialisasi. Buktinya, alih-alih menambah, jumlah wisatawan justru menurun.
Diperkirakan terdapat kerugian ekonomi Rp1,5-2 triliun selama 34 hari status Awas Gunung Agung. Dari sektor wisata merugi sekitar Rp264 miliar, sektor perbankan Rp1,05 triliun, hilangnya pekerjaan para pengungsi Rp204,5 miliar, sektor pertanian, peternakan dan kerajian tak kurang dari Rp100 miliar, sementara berhentinya aktivitas pertambangan, pembangunan di Karangasem dan kerugian lainnya sekitar Rp200-500 miliar.
“Informasi soal potensi wisata kalah beredar ketimbang berita menyeramkan dan informasi hoaks,” kata Sutopo.