Pengajaran dasar agama jadi kebutuhan mendesak Muslim Timor Leste
Jumlah Muslim di Timor Leste hanya 0,3 persen dari total 1,3 juta penduduk

Jakarta Raya
Pizaro Gozali
JAKARTA
Hampir dua dekade Timor Leste berpisah dari Indonesia, kondisi Muslim di Timor Leste masih terus membutuhkan bantuan. Pelajaran agama menjadi kebutuhan mendesak.
Presiden Komunitas Islam di Timor Leste Arif Abdullah Sagran mengatakan jumlah Muslim di Timor Leste hanya 0.3 persen dari total 1.3 juta penduduk.
Meski minoritas, aktivitas muslim di Timor Leste selama ini tidak ditekan pemerintah.
Bahkan Pemerintah Timor Leste menetapkan hari libur nasional saat perayaan hari Idulfitri dan Iduladha.
“Kami bebas beribadah dan menjalankan aktivitas agama,” kata Sagran kepada Anadolu Agency di sela-sela perhelatan World Peace Forum ke-7 di Jakarta, Selasa.
Rendahnya pendidikan Islam
Namun, kata Sagran, ancaman terbesar bagi Muslim di sana justru terkait rendahnya tingkat pengetahuan Islam.
Sagran mengatakan di Timor Leste belum ada sekolah Islam yang formal.
“Anak-anak selama ini hanya belajar di masjid,” terang Sagran.
Akibat kurang pemahaman agama, banyak warga Muslim tidak menguasai dasar-dasar Islam. Sagran pun memanggil para dai di sejumlah negara untuk mau berdakwah di Timor Leste.
“Kita butuh pelajaran Islam yang dasar-dasar seperti taharah [bersuci], salat, dan fikih,” jelas Sagran.
Saat ini, ungkap Sagran, Timor Leste memiliki 17 masjid yang tersebar 13 distrik di antaranya Aileu, Ainaro, Dili, Liquiça, Baucau, Viqueque, Lospalos, Bobonaro, Cova-Lima, Manatuto, Manufahi, Oecussi-Ambeno, dan Ermera.
Masjid yang terbesar berada di ibu kota Dili.
Beruntung, masjid-masjid itu kini sudah mulai ramai dengan aktivitas pengajaran agama yang dilakukan kelompok Jamaah Tabligh.
“Koordinasi kita dengan pemerintah daerah juga baik,” tukas Sagran.
Pelajar butuh pembinaan
Upaya untuk melahirkan generasi Muslim sudah coba dilakukan. Saat ini, Kementerian Agama RI memberikan beasiswa bagi 5 pelajar Muslim Timor Leste tiap tahun.
“Mereka belajar di sejumlah Universitas Islam Negeri (UIN),” imbuh Sagran.
Namun, ungkap Sagran, kebanyakan para pelajar yang menuntut ilmu di Indonesia banyak tidak kembali. Mereka memilih untuk tinggal di Indonesia.
“Tapi itu bukan masalah bagi kami, di mana pun berada yang penting mereka bisa berkhidmat kepada bangsa dan negara,” jelas Sagran.
“Indonesia dan Timor Leste adalah dua negara yang bertetangga dengan baik,” tambah Sagran.
Sagran juga mengaku mendapatkan banyak manfaat dari Konferensi Minoritas Muslim Dunia yang diselenggarakan di Istanbul, Turki.
Dia mengatakan kelemahan minoritas Muslim adalah minimnya jaringan sehingga mereka kesulitan mendapatkan bantuan.
Untuk itu, Sagran berharap bisa berkoordinasi terus dengan Turki untuk dapat berkontribusi bagi Muslim di Timor Leste.
“Saya sudah komunikasi dengan Turki, mereka sudah mulai menawarkan beasiswa,” jelas Sagran.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.