Ekonomi

Perusahaan Malaysia kembangkan tanaman stevia di Sulawesi

Stevia, kelapa, kopi, dan kakao di Indonesia, yang berpotensi menjadi penyumbang keuntungan utama bagi perusahaan itu di masa datang

Muhammad Nazarudın Latıef  | 10.02.2020 - Update : 11.02.2020
Perusahaan Malaysia kembangkan tanaman stevia di Sulawesi Ilustrasi: Daun stevia. (Özgün Tiran - Anadolu Ajansı)

Jakarta Raya

JAKARTA

Perusahaan perkebunan Malaysia United Malacca akan mengembangkan tanaman stevia di Sulawesi Tengah, menandai dimulainya usaha tanaman komersial skala besar pertama ke Indonesia.

Menurut CEO United Malacca Peter Benjamin, perkebunan awalnya akan menanam stevia – tanaman pengganti gula – di lahan seluas 100 hektare.

Dari total 30.000 - 35.000 ha area perkebunan UM di Sulawesi, sekitar 5.000 ha telah dialokasikan untuk stevia sementara diperkirakan 10.000 ha untuk kelapa dan 3.000 ha untuk kakao.

Dikutip dari The Star Malaysia, dia mengatakan, "di bawah usaha perkebunan grup, kami berencana untuk melanjutkan penanaman pada tahun anggaran 2020/2021 dan menyelesaikan penanaman di Sulawesi Tengah dalam 10 hingga 15 tahun ke depan."

Analis perkebunan memperkirakan UM perlu menginvestasikan antara RM120 juta (sekitar USD28 juta) dan RM180mil (Sekitar IUSD43 juta) untuk usaha perkebunan ke Indonesia.

Sebelumnya tahun lalu, grup usaha perkebunan ini telah melego empat perkebunan di Negeri Sembilan dan Malaka seharga RM175.14 juta (USD42 juta) ke Lai Resources.

Hasil penjualan ini akan digunakan untuk perkebunan di Indonesia dan membayar utang perusahaan.

Analis menunjukkan bahwa UM bertaruh banyak pada usaha tanaman komersial seperti stevia, kelapa, kopi, dan kakao di Indonesia, yang berpotensi menjadi kontributor besar bagi perusahaan itu di masa datang.

Sebagai contoh, minyak kelapa saat ini menjadi produk premium di pasar dunia mengingat status barunya sebagai "superfood", harganya sekitar USD1.059 per ton, lebih tinggi dibanding CPO yang hanya USD 869 per ton.

Sedangkan untuk kakao, kopi, dan stevia, diperkirakan akan ada permintaan terus-menerus untuk tanaman seperti itu seiring dengan pertumbuhan populasi dunia.

Peter, mengharapkan tanaman stevia mulai berkontribusi pada pendapatan kelompok pada tahun keuangan yang berakhir 30 April 2021.

Dia berkata, “Begitu penanaman stevia kami mulai meningkat baik dalam hal hasil maupun luasnya, UM juga perlu mengatur pabrik ekstraksi untuk memproses daun stevia kering menjadi bentuk bubuk, yang merupakan bahan baku untuk diproses lebih lanjut menjadi produk hilir. ”

Biaya pembangunan pabrik sendiri diperkirakan USD5 juta hingga USD7 juta.

UM juga siap memproduksi sekitar tiga ton stevia per ha per tahun, menjadikannya salah satu produsen terbesar di wilayah ini di masa depan, kata Peter.

Meskipun penanaman perdana stevia di Sulawesi, dia mengatakan tanaman komersial utama untuk UM di Indonesia adalah kelapa dan kakao.

“Ya, kami pasti akan melakukan penanaman kelapa dan kakao.

“Tapi, kecepatan untuk menanam tanaman ini akan tergantung pada volume bahan tanam kami.

"Kami telah memulai persiapan lahan, pekerjaan infrastruktur, sumber bahan tanam kami dan pembibitan akan segera dibentuk, mungkin, melakukan kultur jaringan untuk lebih meningkatkan produksi bibit kami," jelas Peter.

Di sisi lain, UMB yang merupakan pemain perkebunan kelapa sawit dengan pengalaman lebih dari 50 tahun di bisnis hulu akan terus menjadikannya sebagai andalan.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.