Dunia

‘Perjanjian Idlib adalah kemenangan dari pendirian Erdogan’

Para pakar Rusia menilai kesepakatan Idlib merupakan keberhasilan bagi kedua negara

Muhammad Abdullah Azzam  | 20.09.2018 - Update : 20.09.2018
‘Perjanjian Idlib adalah kemenangan dari pendirian Erdogan’ Menteri Pertahanan Nasional Turki Hulusi Akar (kedua kiri) dan Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoygu (kedua kanan) menandatangani nota kesepahaman sebelum konferensi pers bersama yang diselenggarakan oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (ki) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (ka) di Sochi, Rusia pada 17 September 2018. (Murat Kula - Anadolu Agency)

Moskova

Elena Teslova

MOSKOW

Para pakar Rusia menilai kesepakatan yang dicapai oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin membentuk wilayah bebas senjata di Idlib merupakan keberhasilan bagi kedua negara.

Pakar Dewan Hubungan Internasional Rusia, Anton Mardasov, mengatakan bahwa kesepakatan yang dicapai di Sochi adalah kemenangan bagi Turki dan Rusia.

Mardasov berkata, "Perjanjian ini merupakan kemenangan bagi pendirian Presiden Turki Erdogan yang tak mengizinkan pelaksanaan operasi militer di Idlib. Di sisi lain, ini juga kemenangan bagi Rusia yang tidak mau ikut dalam operasi militer skala besar.”

Mardasov menekankan bahwa keputusan yang diambil di Sochi adalah pilihan yang paling rasional. Namun dia juga menggarisbawahi bahwa penerapan rencana-rencana perjanjian itu di lapangan tidak mudah.

Mardasov mengatakan, terdapat masalah teknis dalam pembukaan jalan raya M4 dan M5 di Idlib, karena pelaksanaannya akan memakan waktu.

“Hanya aksi bersama Moskow dan Ankara yang yang bisa menyelesaikan permasalahan di Idlib. Dalam waktu dekat kita akan melihat hasilnya,” ujar Mardasov.

Pakar militer Rusia dan juga pengamat politik, Denis Korkodinov, mengatakan bahwa keputusan pemimpin Rusia dan Turki secara resmi menjadi penjamin bahwa kelompok radikal di Idlib tidak akan mengancam proses perdamaian di Suriah.

Selain itu, Korkodinov menyatakan bahwa keputusan Erdogan dan Putin terkait perlucutan senjata di wilayah tersebut akan mencegah malapetaka kemanusiaan yang dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat internasional.

“Dengan menciptakan area zona demiliterisasi, Ankara dan Moskow telah menunjukkan persekutuannya secara jelas kepada dunia dengan nilai-nilai politik tinggi,” ungkap Korkodinov.

Korkodinov menuturkan, persekutuan ini membuktikan bahwa perselisihan dapat diselesaikan dengan saling menghormati. Turki dan Rusia dapat menjadi penjamin stabilitas regional.

Akademisi Ilmu Politik Kepala Badan Penelitian Turki Modern Yuriy Mavaşev mengungkapkan, Erdogan dan Putin sedang menerapkan strategi bertahap melawan kelompok-kelompok radikal di wilayah melalui perjanjian tersebut.

Mavashev mengatakan, tahap pertama strategi ini adalah pembentukan mekanisme untuk pemecahan Front Nusra.

Menurut beberapa sumber, organisasi teroris ini akan ditata ulang dengan dipecah-pecah menjadi grup kecil. Mavashev berpendapat bahwa organisasi teroris Nusra kedepannya tak akan lagi bergerak sesuai formatnya yang lama.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.