Türkİye

UNESCO: Budaya bahasa siul Turki terancam punah

Lembaga budaya PBB dorong pemerintah setempat lestarikan 'bahasa burung' tradisional

Ali Kemal Akan, Nilay Kar Onum  | 07.12.2017 - Update : 08.12.2017
UNESCO: Budaya bahasa siul Turki terancam punah

Ankara

Ali Kemal Akan, Nilay Kar Onum

ANKARA

"Bahasa burung" yang digunakan penduduk desa di sepanjang Laut Hitam di utara Turki masuk daftar UNESCO sebagai aset yang harus dijaga.

Menurut UNESCO, sekitar 10.000 warga lokal, kebanyakan dari distrik Canakci di provinsi Giresun, menggunakan dan mengerti bahasa itu.

Bahasa siulan itu awalnya berkembang dengan kebutuhan komunikasi warga setempat yang tinggal di wilayah berlembah itu, namun mulai jarang digunakan karena penggunaan telepon seluler yang makin lazim.

Menteri Kebudayaan Turki Numan Kurtulmus menyambut baik upaya untuk memelihara bahasa itu.

"Bahasa siulan, juga dikenal sebagai bahasa burung, sudah berabad-abad terdengar di wilayah Laut Hitam, dan sekarang tercatat dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia yang harus segera dilindungi," tulis Kurtulmus di Twitter.

"Saya menyampaikan selamat kepada saudara-saudara di Laut Hitam yang menjaga budaya ini agar tetap hidup," lanjut dia.

Kini, hanya masyarakat desa Kuskoy saja yang masih aktif menggunakan bahasa siulan itu. Namun selama 50 tahun, bahasa burung itu digunakan penduduk Trabzon, Rize, Ordu, Artvin, dan Bayburt.

UNESCO mengatakan walaupun warga Canakci menyadari pentingnya bahasa itu, perkembangan teknologi dan emigrasi menyebabkan "penurunan dalam jumlah orang yang menggunakan bahasa siul dan wilayah yang menggunakannya".

"Jelas terlihat kurangnya minat generasi baru terhadap bahasa siul," kata UNESCO.

"Oleh karena itu, ada resiko bahwa budaya ini tidak lagi dianggap elemen penting seiring jarangnya penggunaan bahasa siul dan menjadi praktek penghiburan saja."

Menggunakan siulan dengan jari-jari, lidah, gigi, bibir, dan pipi untuk berkomunikasi menurut UNESCO adalah "indikasi kuat kreatifitas manusia".

Praktik ini adalah satu dari lusinan bahasa siul yang bisa ditemukan di seluruh dunia. Biasanya bahasa siul muncul di dataran tinggi, di mana penduduknya sukar berkomunikasi jarak jauh, seperti di pegunungan Atlas di Afrika Utara, dataran tinggi Laos, atau basin Amazon di Brazil.

Sejak tahun 1997, Festival Bahasa Burung digelar setiap tahun di Kuskoy untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan budaya ini. Selama tiga tahun terakhir beberapa sekolah juga mulai giat mengajarkan bahasa siulan kepada murid-murid mereka.

Namun dengan segala upaya itu, UNESCO mengatakan bahasa siulan itu "terancam hilang selamanya bila tidak ada langkah-langkah yang diambil untuk melindunginya".




Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.