
Jakarta Raya
Nicky Aulia Widadio
JAKARTA
Turki dan Indonesia berkomitmen meningkatkan kerja sama perdagangan dan mengatasi hambatan yang dihadapi oleh kedua negara.
Duta Besar Turki untuk Indonesia, Erol Kılıç mengatakan peningkatan kerja sama dagang menjadi salah satu prioritas dalam masa tugasnya di Indonesia.
Sayangnya pelaku dagang dan investor masih minim informasi terkait potensi pasar dan potensi dagang di Indonesia maupun Turki.
“Investor Turki tidak mengetahui pasar di Indonesia, investor Indonesia baik swasta maupun pemerintah juga tidak mengetahui kapasitas Turki. Kita harus menyelesaikan hambatan itu,” kata Erol dalam wawancara khusus dengan Anadolu Agency, Senin.
Menurut dia hambatan tersebut bisa diatasi melalui pertukaran informasi yang lebih intens antara kedua pihak, misalnya lewat pameran dagang.
Turki dan Indonesia pada Juli lalu telah sepakat mempercepat perundingan perdagangan melalui Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia (IT-CEPA) sebagai tindak lanjut dari pertemuan G-20 di Osaka, Jepang.
Indonesia memandang Turki sebagai hub potensial untuk memasuki pasar di Timur Tengah, Eropa Selatan dan Afrika. Sebaliknya, Turki dapat menjadikan Indonesia sebagai basis untuk memasuki pasar ASEAN yang berpenduduk 600 juta jiwa.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan RI, total perdagangan Indonesia-Turki pada 2018 sebesar USD1,79 miliar.
Perdagangan Indonesia surplus sebesar USD634,9 juta dengan rincian nilai ekspor sebesar USD1,81 miliar dan impor sebesar USD611,5 juta dari Turki.
Indonesia mengekspor produk kelapa sawit, bahan tekstil dan karet ke Turki. Sementara Turki mengekspor komoditas tembakau, gandum, karpet, mesin dan lain-lain ke Indonesia.
Erol mengatakan ke depannya Turki berharap nilai perdagangan antara kedua negara bisa lebih seimbang.
“Nilai dagangnya belum seimbang bagi Turki, kita harus membuatnya imbang,” tutur Erol.
Menurut dia ada sejumlah sektor dan komoditas yang berpotensi dijajaki oleh Indonesia dari Turki.
Salah satunya adalah komoditas minyak zaitun, dimana Turki menjadi eksportir bagi Amerika Serikat, negara-negara Eropa dan negara-negara Timur Tengah.
Indonesia lebih banyak mengimpor minyak zaitun dari Mesir dan Spanyol.
“Di supermarket Indonesia sebagian besar minyak zaitun berasal dari negara lain, bukan Turki, karena mereka tidak tahu Turki memproduksi dengan harga lebih murah dan kualitas lebih baik,” jelas Erol.
Potensi perdagangan kedua negara juga bisa ditingkatkan pada produk-produk halal, sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim.
Menurut Erol, produk halal menjadi salah satu fokus isu yang akan dikembangkan ke depannya dalam kerja sama dagang Indonesia-Turki.
“Importir Indonesia dapat dengan mudah mengimpor beberapa komoditas halal dari Turki, dan sebaliknya untuk Turki dari Indonesia,” ujar Erol.
Selain itu, kerja sama di bidang pertahanan juga berpotensi meningkatkan nilai ekspor Turki ke Indonesia.
Turki melalui Turkish Aerospace Industry (TAI) mengikuti tender pengadaan pesawat tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) di Kementerian Pertahanan RI.
Proses tender itu telah memasuki tahap akhir dimana Turki bersaing dengan China.
“Indonesia tertarik sekarang, kami berharap di masa depan mereka akan memutuskan perjanjian perdagangan semacam ini akan meningkatkan kapasitas kedua belah pihak,” ujar Erol.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.