Ekonomi

Survei BPS: Laki-laki Indonesia lebih bahagia

Mereka yang lajang punya indeks kepuasan hidup tinggi, tapi mereka yang rumah tangganya harmonis indeks kepuasan sosialnya paling tinggi

Muhammad Latief  | 15.08.2017 - Update : 17.08.2017
Survei BPS: Laki-laki Indonesia lebih bahagia Ilustrasi - Seorang pria tertawa lepas saat mengikuti festival Hari Tertawa Sedunia di Solo, Jawa Tengah, 4 Mei 2014. Menurut hasil survei BPS di Agustus 2017, laki-laki memiliki indeks kebahagiaan lebih tinggi ketimbang perempuan (Agoes Rudianto - Anadolu Agency)

Jakarta

Muhammad Latief

JAKARTA 

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Senin, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia tergolong bahagia di tahun 2017. Dari skala 0-100, indeks kebahagiaan masyarakat Indonesia mencapai 70,69. 

“Nilai ini artinya kita cukup bahagia. Semakin mendekati 100 itu artinya makin bahagia,” ujar Kepala BPS Suhariyanto. 

Indeks kebahagiaan ini, menurut Suhariyanto, diukur melalui tiga dimensi yaitu kepuasan hidup (life satisfaction), perasaan (affect), dan makna hidup (eudaimonia). Pengukuran tingkat kepuasan hidup dibagi menjadi 10 variabel, 5 di antaranya merupakan kepuasan hidup personal dan 5 yang lain kehidupan sosial. 

Kesepuluh variabel ini merupakan penyempurnaan dari penghitungan indeks pada 2014 yang hanya menggunakan dimensi tunggal, yakni kepuasan hidup. “Tahun ini ditambah perasaan dan makna hidup,” ujar dia.

Dari hasil survei BPS tersebut, “Laki-laki di Indonesia ternyata lebih bahagia dibanding kaum perempuan”. Indeks kebahagiaan laki-laki Indonesia mencapai 71,12 sedangkan perempuan hanya 70,30.

Berdasarkan status perkawinan, orang yang belum menikah mempunyai indeks kepuasan hidup personal yang tinggi (68,36) dibanding dengan orang yang sudah menikah (66,30), cerai hidup (62,81), dan cerai mati (63,82). Namun, orang yang menikah indeks kepuasan hidup sosialnya tertinggi (76,47) dibanding orang melajang (74,05) cerai hidup (73,46) maupun cerai mati (75,29). 

Dari dimensi kepuasan hidup sosial, indikator tertinggi adalah keharmonisan rumah tangga yang mencapai 80,05 sedangkan paling rendah adalah pendidikan dan keterampilan yang hanya 59,90.

“Jadi perlu ada polesan supaya pendidikan dan keterampilan masyarakat Indonesia harus ditingkatkan, dan bisa naik level kebahagiaannya,” kata dia. Pada pokoknya, “indeks yang di bawah 70 bisa diintervensi oleh pemerintah agar bisa lebih bahagia”. 

Berdasarkan karakteristik wilayah, penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan justru lebih bahagia dibanding penduduk di pedesaan, yaitu sebesar 71,64 dan 69,57. Orang kota lebih bahagia karena kepuasan personal seperti pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan kondisi rumah, serta fasilitas.   

“Namun pada indeks kepuasan hidup sosial, penduduk pedesaan lebih bahagia. Jadi meskipun secara umum penduduk kota lebih bahagia, tapi penyebabnya berbeda. Kota karena sentuhan personal, sementara di desa karena kehidupan sosialnya,” jabar Suhariyanto. 

Dari sisi umur, kebahagiaan ternyata mengalami penurunan setelah masyarakat Indonesia makin tua. Penduduk dengan umur 24 tahun ke bawah memiliki indeks kebahagiaan tertinggi, yakni sebesar 71,29. Hal yang sama terjadi pada dimensi kepuasan dan makna hidup.

Namun, semakin bertambah umur maka semakin tinggi indeks perasaan. Setelah memuncak pada batas umur 64 tahun, indeks perasaan akan berangsur-angsur menurun.

Sosiolog Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Arizal Mutakhir mengatakan, pada dasarnya masyarakat Indonesia berada pada fase peralihan antara masyarakat agraris menuju masyarakat urban. Mereka yang hidup di kawasan pedesaan memang bahagia dengan kolektivitasnya. 

“Maka ukuran kebahagiaan itu bukan materi, tapi kekerabatan, dan persaudaraan,” ujarnya.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın