Türkİye

Erdogan: Turki tak ingin ada krisis baru di Suriah

Kekhawatiran utama Turki adalah untuk memastikan integritas wilayah Suriah dan membersihkan kelompok-kelompok teror dari Manbij, Suriah

16.02.2019 - Update : 17.02.2019
Erdogan: Turki tak ingin ada krisis baru di Suriah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (Foto file - Anadolu Agency)

Diyar Guldogan, Enes Kaplan, Ferdi Turkten

ANKARA, SOCHI, Rusia

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tidak ingin krisis kemanusiaan baru muncul di Suriah.

"Baik di Idlib maupun di wilayah lain di Suriah kami tidak ada krisis kemanusiaan dan tragedi baru," kata Erdogan saat konferensi pers gabungan dengan presiden Rusia dan Iran usai pertemuan puncak ketiganya di Kota Sochi, Rusia.

Erdogan mengatakan Turki akan terus melakukan bagiannya dalam kesepakatan Idlib. Dia juga meminta rezim Bashar al-Assad di Suriah untuk mematuhi perjanjian gencatan senjata.

Kekhawatiran Turki adalah untuk memastikan integritas wilayah Suriah dan membersihkan kelompok-kelompok teror dari Manbij, Suriah.

Dia berharap komite konstitusi Suriah akan dibentuk "sesegera mungkin" sehingga Suriah dapat menentukan masa depan mereka sendiri.

"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang. Kami, sebagai negara penjamin proses Astana, akan mengikuti langkah-langkah yang harus diambil," tambah Erdogan, merujuk pada penarikan pasukan AS dari Suriah. 

Desember lalu, Trump tiba-tiba mengumumkan rencananya untuk menarik 2.000 tentara Amerika dari Suriah dan mengklaim bahwa koalisi pimpinan AS telah berhasil mengalahkan kelompok teroris Daesh.

Saat konferensi pers, Erdogan juga mengkritik organisasi internasional yang gagal menyokong warga Suriah yang hidup di Turki. 

"Sejauh ini, Uni Eropa telah menyumbangkan EUR1,7 miliar dan UNHCR mengirimkan sekitar USD750 juta. Sementara itu, Turki menghabiskan USD35 miliar dari anggarannya sendirinya," kata dia lagi. 

Presiden Turki mengumumkan bahwa pertemuan trilateral putaran berikutnya akan digelar di Turki dalam beberapa bulan mendatang. 

Erdogan, Vladimir Purin, dan Hassan Rouhani pertama kali bertemu di Sochi pada 2017. 

Turki, Rusia, dan Iran adalah negara-negara penjamin yang memperantarai gencatan senjata di Suriah pada Desember 2016, yang kemudian mempelopori perundingan Astana dan perundingan Jenewa. 

Suriah telah menderita karena perang sipil sejak awal tahun 2011, ketika rezim Assad menyerang kelompok demonstran dengan brutal. 

Sejak itu, ratusan ribu warga Suriah diyakini tewas dan jutaan lainnya mengungsi akibat konflik itu. 

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın