Türkİye, Nasional

Baba Daud Rumi, Ulama Turki penyebar Islam di Tanah Melayu

kitab Masailal Muhtadi dikarang oleh Baba Daud Rumi pada 1691 masehi dan tersebar luas di dunia Melayu

Pizaro Gozali İdrus  | 23.08.2019 - Update : 27.08.2019
Baba Daud Rumi, Ulama Turki penyebar Islam di Tanah Melayu Sejumlah warga berziarah ke makam Syehk Baba Daud Ar Rumi di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Indonesia, Selasa 20 Agustus 2019. Kegiatan ini dilakukan dalam memperingati 480 tahun persaudaraan Aceh dan Turki. ( Khalis Surry - Anadolu Agency )

BANDA ACEH

Masyarakat Aceh menggelar 480 tahun hubungan Aceh dan Turki di wilayah, Gampong Mulia, Banda Aceh. 

Pemilihan tempat ini dilakukan karena masyarakat Aceh ingin mengapresiasi jasa ulama keturunan Turki Syekh Baba Daud Rumi yang telah berkontribusi dalam menyebarkan Islam.

Nama lengkapnya adalah Baba Daud Al-Jawiy bin Isma’il bin Agha Mushthafa bin Agha Ali Ar-Rumi.

Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman mengatakan Syekh Baba Daud Rumi merupakan ulama besar yang memberikan pengaruh besar bagi peradaban Islam di Aceh.

“Meski generasi saat ini tidak pernah bertemu langsung dengannya, tapi sosok yang lebih dikenal dengan Teungku Di Leupu tersebut merupakan guru bagi masyarakat Aceh,” kata dia dalam perayaan tersebut. 

Siapa Baba Daud Rumi?

Mehmet Ozay dalam tulisannnya “Rumi’ Networks of al-Sinkīlī: A Biography of Bāba Dāwud” di jurnal internasional Studi Islamika, yang berpusat di Jakarta, mengatakan Baba Daud Rumi diyakini hidup di Aceh antara tahun 1650 hingga 1750 masehi.

Menurut akademisi Turki ini, Baba Daud Rumi hidup selama masa Kesultanan Aceh Darussalam pada abad ke-16 dan 17. 

Baba Daud Rumi, kata Ozay, adalah murid utama ulama kenamaan Aceh Syeikh Abdurrauf as-Singkili atau Teungku Syiah Kuala.

Salah satu karya tersohor Baba Daud Rumi, kata Ozay, adalah Risalah Masailal Muhtadi Li Ikhwan al-Mubtadi yang diajarkan di lembaga-lembaga Islam di Aceh dan di seluruh dunia Melayu.

Direktur Rumoh Manuskrip Aceh Tirmizi Abdul Hamid adalah orang yang masih menyimpan sejumlah manuskrip asli Baba Daud Rumi, salah satunya Masailal Muhtadi.

Tarmizi menyampaikan kitab Masailal Muhtadi dikarang oleh Baba Daud Rumi pada 1691 masehi dan tersebar luas di dunia Melayu saat itu.

Kitab ini ditulis dengan Bahasa Arab Melayu atau Jawi yang menjelaskan akidah, dasar-dasar ibadah, dan hukum fikih.

“Kitab ini sangat terkenal hingga Malaysia, Thailand, dan Afrika Selatan,” ujar Tarmizi kepada Anadolu Agency di Banda Aceh.

Tarmizi mengatakan Baba Daud Rumi adalah murid kesayangan ulama besar Aceh Syeikh Abdurrauf as-Singkili atau akrab disebut Tengku Syiah Kuala yang hidup antara tahun 1615-1693.

Oleh karena itu, kata dia, As-Singkili memberikan Baba Daud Rumi kesempatan untuk mendirikan dayah atau pesantren di Banda Aceh.

Dayah Leupeue Peunayong, kata Tarmizi, adalah sebuah dayah terkemuka di Aceh di mana Baba Daud bertugas sebagai pengajarnya. 

“Jadi beliau sangat terkenal di Aceh,” kata dia.

Baba Daud Rumi, kata Tarmizi, juga membantu menulis naskah kitab tafsir karangan As-Singkili yang berjudul Turjuman al-Mustafid.

Turjuman al-Mustafid merupakan kitab tafsir al-Qur’an pertama dan terlengkap yang ditulis di dunia Melayu, dalam bahasa Melayu.

Saat itu, kata Tarmizi, bahasa Melayu menjadi Bahasa internasional di kawasan Asia Tenggara.

“Kitab ini telah berperan penting dalam peningkatan pemikiran Islam didunia Melayu,”jelas dia.

Karya lain Baba Daud Rumi, kata Tarmizi, adalah Asrar Al Suluk Ila Malik Al-Muluk yang berisikan ajaran tasawuf, tarikat, dan zikir.

Rujukan Melayu

Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Teuku Zulkhairi mengakui jasa besar Baba Daud Rumi bagi pendidikan Islam di wilayah Asia Tenggara.

Kitab Masailal Muhtadi, kata dia, hingga kini masih menjadi referensi pembelajaran bagi muslim Melayu di Malaysia, Brunei Darussalam, dan lain sebagainya.

Zulkhairi mengatakan kunci mengapa kitab ini dapat menyebar luas karena ditulis dengan metode tanya jawab.

“Metode ini sangat efektif untuk memperkuat ingatan pelajar terhadap tema-tema yang dijabarkan di dalamnya,” jelas dia kepada Anadolu Agency.

Selain memperkuat ingatan para santri, kata dia, metode tanya jawab ini dapat membentuk tradisi berpikir kritis kepada para santri.

“Rara santri akan digugah untuk senantiasa memiliki pertanyaan dan berani bertanya,” kata dia.

Menurut Zulkhairi, itulah tujuan utama Baba Daud Rumi menulis kitab Masāilal Muhtadi dengan menggunakan metode tanya jawab.

“Baba Daud Rumi berabad-abad lalu berperan sangat kuat dalam meletakkan tradisi berpikir kritis bagi para para pelajar pemula di dunia Melayu umumnya,” jelas dia.

Destinasi wisata Aceh

Kepala Gampong Mulia Syukriadi mengaku bersyukur nama Baba Daud Rumi mulai diangkat ke dunia internasional.

Menurut dia, masyarakat sekitar sangat bangga dengan keberadaan makam Baba Daud Rumi karena dia adalah murid utama Syiah Kuala.

“Baba Daud Rumi adalah kebanggaan kita semua,” kata dia.

Namun sayang, tutur dia, sejarah Baba Daud Rumi masih belum banyak dikenal masyarakat.

Bahkan, kata dia, sebagian masyarakat Gampong Mulia tidak mengetahui keberadaan ulama besar keturunan Turki ini.

Syukriadi bertekad untuk mengangkat nama Baba Daud dalam promosi wisata di wilayah Aceh.

“Kami ingin keberadaan Baba Daud Rumi ini dapat diketahui oleh masyarakat Internasional, tidak hanya masyarakat nusantara,” terang dia.

Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman mengatakan pemerintahnya telah melakukan pemugaran makam Baba Daud Rumi.

Aminullah menargetkan komplek makam ini dapat menjadi destinasi wisata bagi kota Banda Aceh.

“Pemkot Aceh sudah memugar makam Syekh Baba Daud Rumi sehingga kami berharap banyak wisatawan ke sini,” kata dia kepada Anadolu Agency.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın