Türkİye, Dunia, Regional

Turki dijadikan kambing hitam dalam perseteruan intra-Uni Eropa

Turki jadi 'korban' dalam 'perebutan kekuasaan’ antara pejabat tinggi Uni Eropa dalam pertemuan di Ankara pada Selasa lalu, ungkap media Jerman dan Prancis

Muhammad Abdullah Azzam  | 11.04.2021 - Update : 12.04.2021
Turki dijadikan kambing hitam dalam perseteruan intra-Uni Eropa Presiden Erdogan, Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu bertemu Presiden Dewan Eropa Charles Michel dan kepala eksekutif Uni Eropa Ursula von der Leyen (Foto file - Anadolu Agency)

France

BERLIN/PARIS 

Media Jerman dan Prancis melaporkan bahwa masalah protokol dalam pertemuan antara pejabat tinggi Uni Eropa (UE) dan Turki adalah akibat dari hubungan yang buruk antara kepala Dewan UE Charles Michael dan ketua Komisi UE Ursula von der Leyen.

Menurut salah satu artikel dari media Jerman Der Speigel, Ursula von der Leyen "ditipu" dalam kunjungannya ke ibu kota Turki, Ankara, pada Selasa lalu, ketika dia dibiarkan berdiri sebentar sebelum dia duduk di sofa, sementara Michel dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan duduk di kursi terpisah.

Artikel berjudul “Bagaimana UE mempermalukan dirinya sendiri di panggung dunia”, menyalahkan Michel, daripada tuan rumah Turki, yang telah berulang kali menggarisbawahi bahwa mereka telah menyiapkan posisi tempat duduk yang sejalan dengan keinginan pejabat protokol UE.

Perebutan kekuasaan yang aneh di UE

Mendapat banyak perhatian media, "adegan perebutan kekuasaan yang aneh" antara Michel dan von der Leyen menjadi sebuah topik kegagalan, menurut artikel tersebut.

Laporan media menekankan telah terjadi perselisihan yang signifikan antara kedua pemimpin UE selama berbulan-bulan, terutama dalam urusan luar negeri dengan Michael yang menuntut peran yang lebih besar yang dibatasi untuk menjadi tuan rumah KTT UE dan Von der Leyen mendorong untuk mengambil kemudi komisi geopolitik untuk membayangi dunia dengan kekuatan perdagangan dan regulasi.

Poin lain dalam artikel tersebut adalah bahwa tim protokol von der Leyen tidak datang ke Ankara karena pandemi Covid-19, sementara Michel berada di ibu kota dan membicarakan penyesuaian posisi tempat duduk dengan pejabat Turki menjelang pertemuan tersebut.

Media itu juga mengutip foto yang dirilis oleh tim Michel setelah KTT para pemimpin Uni Eropa terbaru yang diadakan secara online bulan lalu. Gambar tersebut menunjukkan kepala pemerintahan dan negara bagian dari 27 anggota blok itu bersama Michel, empat kali lebih besar dari yang lain – di mana von der Leyen tidak termasuk dalam gambar.

Sebelumnya, kedua pemimpin Uni Eropa (UE) telah berkumpul pada jamuan makan malam di Ankara sebelum masalah tempat duduk, di mana lebih banyak ketegangan protokol dapat dihindari berkat upaya para pejabat di Istana Kepresidenan Turki.

Ketika salah satu konsultan von der Leyen memperhatikan sebelum makan malam bahwa kursi Michel dan Presiden Erdogan terlihat lebih tinggi daripada yang lain, staf protokol di Kompleks Kepresidenan dengan cepat mengganti kursi kepala Komisi Uni Eropa dengan kursi yang lebih besar.

Turki menjadi 'korban'

Secara terpisah, sebuah artikel surat kabar Prancis L'Opinion mengatakan Turki adalah "korban" dalam perselisihan antara pejabat kelas berat Uni Eropa.

Realitas seperti itu jauh berbeda dari media dan lingkaran politik yang "memusuhi Ankara" membuat perselisihan tersebut muncul ke permukaan, menurut harian itu, yang juga menyebut Turki sebagai "korban dari pertengkaran kecil di Brussel."

Di tengah beberapa bulan tanda-tanda peningkatan hubungan, kepentingan Ankara sejalan dengan Uni Eropa, di sisi lain Michel dan von der Leyen memperdalam perselisihan politik internal.

Meski kesopanan dan perilaku diplomatik akan mendikte Michel sampai kursi tambahan untuk von der Leyen tiba, pada saat itu Michel malah "tetap duduk dengan tenang," tambah harian itu.

Laporan itu juga mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu setelah acara tersebut, di mana pejabat Turki itu mengatakan "permintaan protokol dari pihak Uni Eropa telah dipenuhi".

"Saya ingin menekankan bahwa permintaan Uni Eropa telah dipenuhi dan disesuaikan. Ini adalah keinginan mereka," tegas Menlu Turki Cavusoglu pada Kamis. Harian L'Opinion mencatat bahwa tidak ada penyangkalan dari pihak berwenang Brussel.

Arnaud Danjean, anggota Parlemen Eropa dari Partai Republik (LR) dari kalangan kanan-tengah di Prancis, yang pendapatnya dikutip dalam laporan tersebut, mengatakan, "Hubungan mereka penuh kebencian sejak hari pertama! Episode di Turki hanya yang paling terlihat sebagai insiden, tapi ada insiden terjadi hampir setiap hari antara mereka dan tim mereka. Protokol, komunikasi, atribusi ... Ini pertarungan permanen."

Komisi Uni Eropa menyatakan bahwa von der Leyen harus diperlakukan setara dengan Michel dalam protokol pada pertemuan di Ankara itu.

Banyak diplomat, serta mantan presiden Komisi Uni Eropa, Jean-Claude Juncker, berpendapat bahwa dalam protokol Uni Eropa, presiden Dewan Uni Eropa diutamakan dan presiden Komisi UE di urutan kedua.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.