Regional

Inggris: Myanmar harus pastikan keamanan untuk repatriasi Rohingya

Mengecam pembersihan etnis berskala industri, Menteri Inggris mendesak Myanmar untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan Rohingya untuk kembali

Rhany Chairunissa Rufinaldo  | 20.02.2019 - Update : 21.02.2019
Inggris: Myanmar harus pastikan keamanan untuk repatriasi Rohingya Keluarga Rohingya di penampungan darurat di perbatasan Bangladesh-Myanmar dan memasuki tanah tak bertuan di daerah Gumdum di Cox's Bazar, Bangladesh pada 30 Agustus 2017. (Zakir Hossain Chowdhury - Badan Anadolu)

Dhaka

Md. Kamruzzaman

DHAKA, Bangladesh

Menteri Pembangunan Internasional Inggris pada Selasa mendesak pemerintah Myanmar untuk memastikan lingkungan yang aman bagi repatriasi ratusan ribu Muslim Rohingya yang melarikan diri dari negara itu sejak Agustus 2017.

"Krisis kemanusiaan besar buatan manusia ini telah menjadi pembersihan etnis berskala industri dan saya mendesak pemerintah Myanmar untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan warga Rohingya yang saat ini tinggal di Bangladesh untuk kembali," kata Penny Mordaunt kepada wartawan di Dhaka, ibu kota Bangladesh setelah mengunjungi kamp Rohingya di Cox's Bazar, sekitar 278 kilometer dari negara bagian Rakhine, Myanmar.

Mordaunt, menteri Kabinet Inggris pertama yang mengunjungi Bangladesh sejak pemilu akhir tahun lalu, bertemu dengan pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp Kutupalong di pusat distribusi makanan.

Dia berbicara dengan para wanita yang dilindungi dari kekerasan dan melihat bagaimana anak-anak penyandang disabilitas mendapatkan terapi dan perawatan yang mereka perlukan dengan bantuan dari Inggris.

Menurut siaran pers Inggris, Inggris telah memberikan bantuan sebesar USD129 juta kepada Bangladesh dalam pendanaan untuk mengatasi krisis pengungsi.

"Nasib para pengungsi Rohingya untuk pulang ke rumah tidak boleh melenceng dari agenda internasional dan mereka harus diberi keadilan," tegas Mordaunt.

Dia didampingi oleh Menteri Luar Negeri Bangladesh M Shariar Alam, yang berbicara tentang strategi baru untuk pemulangan Rohingya secara damai, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Menurut siaran pers Komisi Tinggi Inggris di Dhaka pada Selasa, kunjungan Mordaunt ke kamp juga berfokus pada eksplorasi solusi jangka panjang dengan mendukung pendidikan, mengembangkan keterampilan dan meningkatkan akses ke peluang pelatihan.

- Kelompok yang teraniaya

Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai kelompok yang paling teraniaya di dunia, menghadapi ketakutan yang terus meningkat sejak puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada tahun 2012.

Menurut Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA), sejak 25 Agustus 2017, lebih dari 24.000 Muslim Rohingya telah dibunuh oleh tentara Myanmar.

Lebih dari 34.000 orang Rohingya juga dibakar, sementara lebih dari 114.000 lainnya dipukuli, menurut laporan OIDA yang berjudul 'Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terkira'.

Sekitar 18.000 perempuan Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar dan lebih dari 115.000 rumah Rohingya dibakar sementara 113.000 lainnya dirusak.

Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi, sebagian besar anak-anak dan perempuan, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan kekerasan terhadap komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017.

PBB mendokumentasikan perkosaan massal, pembunuhan - termasuk bayi dan anak kecil - pemukulan brutal, dan penculikan yang dilakukan oleh personil keamanan.

Dalam laporannya, penyelidik PBB mengatakan bahwa pelanggaran-pelanggaran tersebut merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın