Regional

Cegah kabut asap, Singapura restorasi lahan gambut di Sumatera

Dengan mengurangi risiko kebakaran hutan di Sumatera, kabut asap diyakini tidak akan singgah ke Singapura

Muhammad Nazarudin Latief  | 19.07.2019 - Update : 19.07.2019
Cegah kabut asap, Singapura restorasi lahan gambut di Sumatera Seorang warga melintasi sisa-sisa kebakaran lahan gambut Rawa Singkil, Aceh. (Junaidi Hanafiah - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Muhammad Latief

JAKARTA

Sebuah badan amal di Singapura bekerja sama dengan penduduk desa di Indonesia memulihkan lahan gambut sebagai upaya mencegah kabut asap yang setiap tahun melanda negara kota itu.

Peladang di Indonesia kerap membakar lahan untuk membuka ladang pertanian baru sehingga menciptakan kabut asap yang tebal di sebagian besar Asia Tenggara, termasuk Singapura.

People's Movement to Stop Haze (PM Haze), sebuah kelompok advokasi di Singapura, meluncurkan proyek restorasi lahan gambut di sebuah desa kecil di Indonesia yang mengalami kebakaran hebat pada 2014.

"Salah satu hal yang kami sadari adalah bahwa pengelolaan lahan gambut yang baik penting untuk mengelola kabut asap di kawasan ini," kata Direktur Eksekutif PM Haze, Benjamin Tay seperti dikutip oleh Channel News Asia, Jumat.

"Singapura sering tertutup kabut asap tebal yang berasal dari Indonesia. Jadi dengan mencegah kebakaran hutan, kami mencegah kabut dari datang ke Singapura," ujar dia.

Tanah gambut mudah terbakar saat kering, sehingga kebakaran tidak terkendali menyebar ke kawasan yang sebenarnya tidak akan dibakar.

Para pekebun kelapa sawit sering mengeringkan kawasan gambut dan membakarnya untuk membuka lahan. Karbon yang dilepaskan ke atmosfer akan menahan panas dan berkontribusi terhadap perubahan iklim.

PM Haze memperbaiki kanal di daerah sekitar Sungai Tohor, sebuah desa pertanian di sebuah pulau di lepas pantai Sumatera dengan populasi sekitar 1.000, untuk memastikan lahan gambut lokal tetap basah.

PM Haze juga mendidik penduduk desa tentang konservasi lahan gambut, mendirikan kebun bibit dan menyelenggarakan lokakarya pencegahan kebakaran.

Salah satu krisis kebakaran gambut dan hutan terburuk adalah pada 2015 ketika kabut tebal menyelimuti sebagian besar Asia Tenggara, menyebabkan kerugian ekonomi miliaran dolar.

Sekitar 2,6 juta hektar lahan di Indonesia terbakar antara Juni dan Oktober 2015, terutama di pulau Sumatera dan Kalimantan, menurut laporan Bank Dunia 2016.

Sebuah studi Universitas Harvard pada tahun yang sama mengaitkan kabut asap dengan lebih dari 100.000 kematian dini di Indonesia, Malaysia dan Singapura selama 2015.

Tay mengatakan dia berharap skema ini akan ditingkatkan setelah komunitas Sungai Tohor mampu memimpin proyek itu sendiri.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.