Politik

Rusia berterima kasih pada Turki atas mediasi negosiasi Rusia-Ukraina

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova memuji 'posisi seimbang' Turki dalam perang Rusia-Ukraina

Elena Teslova  | 30.03.2022 - Update : 31.03.2022
Rusia berterima kasih pada Turki atas mediasi negosiasi Rusia-Ukraina Jubir Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova (Foto file - Anadolu Agency)


MOSKOW

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada Selasa mengatakan bahwa negaranya "berterima kasih" kepada Turki atas upaya mediasinya untuk negosiasi Rusia-Ukraina.

Pada konferensi pers di Moskow, Zakharova mengatakan Rusia berterima kasih kepada Turki "atas peran mediasi, upaya mediasi yang dilakukan oleh pemimpin negara ini untuk negosiasi Rusia-Ukraina dan penyelesaian masalah."

Zakharova mencatat bahwa dibandingkan dengan sanksi Barat terhadap Rusia, Turki telah mengambil "posisi yang seimbang dan independen," tidak bergabung dengan Barat mengambil tindakan pembatasan, mematuhi Konvensi Montreux, dan terus membuka wilayah udaranya untuk penerbangan Rusia.

Konvensi 1936 memberikan wewenang kepada Turki untuk melarang kapal perang melewati selat-selat selama masa perang.

Dia juga mengatakan bahwa meski ada perbedaan mengenai Ukraina, baik pemerintah Turki maupun rakyat Turki tidak melakukan kampanye anti-Rusia yang dilakukan Barat.

"Dan dengan semua nuansa," sebut dia, Rusia tidak sepakat dengan "posisi Turki di Ukraina, termasuk Krimea, dan secara terbuka membicarakannya di pertemuan, tetapi kampanye Russophobia tidak membanjiri pemerintah Turki atau masyarakatnya secara keseluruhan.”

Baik pemerintah Turki maupun rakyat Turki tidak memiliki histeria anti-Rusia yang terjadi di Barat.

Posisi seimbang Ankara adalah salah satu alasan yang menyebabkan terselenggaranya pembicaraan damai Rusia-Ukraina di Istanbul, tambah Zakharova.

"Kami berharap mitra Turki kami akan membantu kami membuat pertemuan saat ini dengan delegasi Ukraina seefektif dan seefisien mungkin," kata jubir kemlu Rusia.

Hari pertama babak baru pembicaraan damai selama dua hari antara Rusia dan Ukraina yang ditengahi oleh Turki berakhir di Istanbul pada Selasa.

Menjelang pembicaraan, Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan mengulangi seruannya untuk gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina saat perang telah memasuki bulan kedua.

Perang Rusia melawan Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari, telah menimbulkan kemarahan internasional, di mana Uni Eropa, AS, dan Inggris menerapkan sanksi keuangan yang keras terhadap Moskow.

Setidaknya 1.179 warga sipil telah tewas di Ukraina dan 1.860 terluka, menurut perkiraan oleh PBB, yang memperingatkan bahwa angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.

Lebih dari 3,9 juta orang Ukraina juga telah melarikan diri ke beberapa negara Eropa, dan jutaan lainnya mengungsi di dalam negeri, menurut badan pengungsi PBB.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.