Ankara
Yusuf Ozcan
PARIS
Sedikitnya 89.000 polisi akan dikerahkan di seluruh penjuru Prancis di tengah kekhawatiran adanya kericuhan selama protes antipemerintah akhir pekan ini.
"Kendaraan lapis baja juga akan dikerahkan untuk mendukung 8.000 petugas polisi yang berjaga-jaga di Paris," kata Perdana Menteri Prancis Edouard Philippe kepada stasiun televisi Prancis TF1, Kamis.
"Kami bukan menindak orang-orang yang ingin memprotes tetapi menghancurkan," kata dia lagi.
Selama akhir pekan, toko, restoran, dan museum di area Champs-Elysees akan ditutup.
Lewat akun Twitter-nya, pihak manajemen Menara Eiffel mengumumkan bahwa menara itu akan ditutup bagi publik pada Sabtu.
Sejak 17 November, ribuan demonstran yang memakai "rompi kuning" telah berkumpul di kota-kota besar Prancis, termasuk Paris, untuk memprotes kenaikan pajak bahan bakar dan situasi ekonomi Prancis yang memburuk.
Para demonstran menuntut Presiden Emmanuel Macron untuk memotong pajak bahan bakar dan membuat pengaturan ekonomi untuk memudahkan hidup mereka.
Pada Selasa, Philippe mengumumkan bahwa Prancis akan menunda kenaikan pajak bahan bakar dan harga gas dan listrik hingga enam bulan ke depan.
"Pemerintah siap untuk berdialog karena isu kenaikan pajak telah dicoret dari RUU anggaran 2019," jelas Philippe.
Sedikitnya tiga orang tewas selama unjuk rasa di Prancis, sementara 1.043 lainnya terluka, termasuk 222 anggota pasukan keamanan. Sebanyak 1.424 orang telah ditangkap.
Menurut survei baru-baru ini, 84 persen orang Prancis - kebanyakan dari kelompok kelas menengah - mendukung unjuk rasa itu.
Harga bahan bakar di Prancis telah meningkat lebih dari 20 persen tahun ini.