Nasional

Misi Jokowi dan kekhawatiran Prabowo pada perkembangan startup

Target Jokowi membangun infrastruktur penyokong startup dianggap baik, namun kekhawatiran Prabowo tentang keuntungan unicorn yang beralih ke luar negeri juga berdasar

Nicky Aulia Widadio  | 18.02.2019 - Update : 20.02.2019
Misi Jokowi dan kekhawatiran Prabowo pada perkembangan startup Capres nomor urut 01 Joko Widodo (tegah) berjabat tangan dengan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kanan) disaksikan Ketua KPU Arief Budiman (kiri) bersiap mengikuti debat capres 2019 putaran kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Indonesia pada Minggu, 17 Februari 2019. Debat kedua kali ini mengangkat tema energi dan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta infrastruktur. (Eko Siswono Toyudho - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Nicky Aulia Widadio

JAKARTA

Masa depan unicorn di Indonesia menjadi salah satu pertanyaan calon presiden petahana Joko Widodo kepada pesaingnya Prabowo Subianto dalam debat Pemilihan Presiden 2019 pada Minggu malam lalu.

Jokowi -sapaan akrabnya- menyinggung topik startup dalam konteks infrastruktur.

“Infrastruktur apa yang akan Bapak bangun untuk mendukung perkembangan unicorn Indonesia?” tanya Jokowi kepada Prabowo dalam sesi terakhir, Minggu malam.

Prabowo yang tampak bingung kemudian menjawab, “Yang Bapak maksud unicorn? Maksudnya yang apa itu, yang online-online itu, iya pak?”

Unicorn yang dimaksud oleh Jokowi merupakan istilah untuk perusahaan start up dengan valuasi lebih dari USD1 miliar.

Dari tujuh unicorn yang ada di ASEAN, empat perusahaan berasal dari Indonesia yakni Gojek, Traveloka, Bukalapak, dan Tokopedia.

Prabowo menyatakan dukungannya untuk perusahaan start up dan unicorn melalui pengurangan regulasi.

Sementara itu, Jokowi menargetkan 1000 start up baru di Indonesia dan menginginkan agar jumlah unicorn di Indonesia lebih banyak lagi.

Caranya, kata dia, melalui pembangunan infrastruktur jaringan telekomunikasi dan internet Palapa Ring di seluruh Indonesia.

Menanggapi itu, Prabowo menyampaikan kekhawatirannya bahwa kehadiran unicorn akan mempercepat uang-uang Indonesia beralih ke luar negeri.

“Kalau kita tidak hati-hati dengan antusiasme untuk e-commerce ini bisa mempercepat larinya uang ke luar negeri,” kata Prabowo.

Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, Hasto Kristiyanto menilai Prabowo telah gagal menjawab pertanyaan sederhana terkait infrastruktur yang akan dibangun untuk mendorong perkembangan unicorn Indonesia.

“Ini menjadi bukti bahwa Prabowo tidak pernah update dengan hal-hal baru terkait arah dan dinamika pengembangan perekonomian dunia,” kata Hasto melalui keterangan tertulis.

Sementara itu, Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Sudirman Said menegaskan Prabowo sangat mendukung perkembangan startup, namun pihaknya lebih konsen pada kemampuan usaha-usaha kecil dalam negeri.

“Jangan sampai bisnis online itu kemudian bukannya menjadi sarana memasarkan produk kita, tapi sarana masuknya produk-produk asing. Akhirnya duit tadi bukannya berputar pada ekonomi kita, tapi lari ke luar,” kata Sudirman.

Modal asing di startup

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai kekhawatiran Prabowo terkait keuntungan unicorn yang beralih ke luar negeri cukup berdasar.

Pasalnya, startup unicorn mengandalkan modal asing dalam jumlah yang cukup dominan untuk menjalankan bisnisnya.

Berdasarkan data yang dihimpun Crunchbase, Gojek misalnya memiliki enam investor utama yang merupakan perusahaan asing yakni Tencent Holdings, Google, Jd.com, Warbug Pincus, dan KKR&Co.

Selain itu, Tokopedia juga mendapatkan suntikan investasi dari Alibaba Group yang merupakan e-commerce asal Cina.

Menurut Bhima, hal ini bisa merugikan dalam beberapa aspek. Pertama, kedaulatan data yang dimiliki startup menjadi tergadaikan.

Padahal, data merupakan sumber daya paling penting di era ekonomi digital.

“Data ini rentan untuk disalahgunakan sehingga profit yang paling besar dinikmati oleh investor asing itu,” jelas Bhima ketika dihubungi, Senin.

Selain itu, Bhima mengingatkan agar pemerintah waspada terhadap masifnya produk asal Cina yang masuk ke startup unicorn, dalam hal ini perusahaan e-commerce.

Berdasarkan data Indonesian e-Commerce Association, sebanyak 93 persen produk yang dijual online merupakan impor.

“Artinya, e-commerce yang harusnya bisa mendorong UMKM berkembang, keuntungannya justru keluar ke negara asal penyuntik dana itu,” tutur dia.

Bhima meminta pemerintah mendorong alokasi kredit bank milik negara untuk startup digital.

Dia menilai hal ini bisa mengurangi dominasi modal asing di startup Indonesia.

Bhima mengatakan upaya dan strategi pemerintah, seperti pada misi Jokowi, untuk memperluas jangkauan dan kecepatan internet sudah tepat untuk mendorong perkembangan startup.

Namun rencana itu juga perlu diimbangi dengan dukungan regulasi soal permodalan.

“Tidak hanya infrastruktur yang diperlukan, tapi juga masalah permodalan dan regulasi,” kata dia.

Di samping itu, kehadiran unicorn di Indonesia telah membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat.

Bhima memperkirakan ada sekitar dua juta pengemudi yang bekerja untuk startup di bidang jasa transportasi, sedangkan di bidang e-commerce bisa mencapai sekitar enam juta orang.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.