Nasional

Intelijen: Kasus Covid-19 Indonesia meningkat drastis akibat virus varian D614G

Badan Intelijen Negara (BIN) mengatakan polarisasi politik pada pemilu 2019 dan hoax memperumit penanganan Covid-19

Erric Permana, Umar Idris  | 26.02.2021 - Update : 27.02.2021
Intelijen: Kasus Covid-19 Indonesia meningkat drastis akibat virus varian D614G Seorang tenaga medis lanjut usia mengantre sebelum menerima vaksin Covid-19 Sinovac di Puskesmas Kramat Jati di Jakarta, Indonesia pada 8 Februari 2021. Ini adalah vaksinasi Covid-19 pertama untuk tenaga medis berusia di atas 60 tahun. ( Anton Raharjo - Anadolu Agency )

Jakarta Raya

JAKARTA

Badan Intelijen Negara (BIN) Indonesia pada Jumat menyebutkan peningkatan kasus Covid-19 hingga mencapai satu juga kasus akibat varian Covid-19 D614G.

Menurut BIN, varian Covid-19 D614G telah terdeteksi masuk Indonesia sejak September 2020 lalu dan menjadi penyebab kasus di Indonesia naik hingga mencapai satu juta kasus.

"Jika angka ini tidak terkendali tentu rumah sakit tak mampu lagi merawat pasien ini," kata Juru Bicara BIN Wawan Hari Purwanto, dalam diskusi virtual, pada Jumat.

Selain itu, kata Wawan, meningkatnya kasus Covid-19 secara drastis juga akibat rendahnya disiplin masyarakat.

Wawan meminta semua pihak untuk ikut mencegah masuknya mutasi virus asal Inggris B117 dan L45R yang ditemukan pertama kali di California, Amerika Serikat.

Epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono mengatakan jika terjadi pada September lalu, saat itu Indonesia belum memiliki sistem 'surveillance' atau pengawasan mutasi virus.

Sistem pengawasan mutasi virus di Indonesia baru tersedia pada awal tahun ini.

"Kami tidak tahu apa yang terjadi pada 2020, bisa saja apa yang dikatakan BIN benar, karena virus ini bermutasi terus," terang Pandu, kepada Anadolu Agency, pada Jumat.

Polarisasi pemilu 2019 dan hoax

Wawan juga mengatakan polarisasi ideologi politik publik pada masa Pemilu 2019 merupakan salah satu hal yang memperumit penanganan Covid-19 oleh pemerintah.

Di samping itu hoax atau disinformasi dan misinformasi terkait Covid-19 yang terus muncul merusak kepercayaan terhadap upaya pemerintah dan menimbulkan kecurigaan sesama masyarakat.

"Kemenkominfo mencatat bahwa sejak 23 Januari 2020 sampai 1 Februari 2021 menemukan ada 1.402 kasus hoaks terkait dengan Covid-19," jelas Wawan dalam diskusi virtual pada Jumat.

Menurut dia, efek negatif dengan adanya hoaks dan polarisasi tersebut mempersulit pemerintah menyatukan masyarakat.

Padahal, jelas dia, dibutuhkan keselarasan dan perbuatan untuk menghadapi pandemi.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın