Peneliti: Orang Indonesia minim ketertarikan dengan isu internasional
CSIS menyebut masyarakat Indonesia cenderung lebih memberi perhatian pada isu yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari
Jakarta Raya
Megiza Asmail
JAKARTA
Kepala Departemen Hubungan Internasional Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Shafiah Muhibat menyebut isu internasional masih minim diusung oleh tim kampanye calon presiden dan wakil presiden pada musim kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) kali ini.
Shafiah menilai kondisi tersebut cenderung disebabkan oleh masyarakat Indonesia yang lebih suka memerhatikan isu yang berhubungan langsung dengan keseharian seperti kemiskinan, pendidikan, kesehatan ataupun lapangan pekerjaan.
“Kalau soal politik luar negeri urusannya apa? Masyarakat punya kecenderungan tidak peduli dengan isu yang tidak terkait langsung dengan mereka,” kata Shafiah dalam diskusi CSIS di Jakarta, Rabu.
Dia menambahkan, teknologi media sosial yang mempermudah masyarakat mengakses berita tidak serta-merta membuat masyarakat ingin mendalami isu kebijakan luar negeri ataupun masalah internasional.
CSIS, sebagai lembaga peneliti soal kebijakan pemerintah, mengimbau tim kampanye dapat memunculkan isu kebijakan luar negeri dalam debat Pilpres 2019. Kata dia, isu tersebut dapat memberi pendidikan yang berbeda untuk masyarakat.
“Capres dan cawapres mau atau tidak menaikkan isu ini? Inisiasi mereka juga. Peran media juga penting karena bisa mengedukasi publik,” ujar Shafiah.
Meski ketertarikan masyarakat dinilai minim, di tempat yang sama, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Capres-Cawapres Joko Widodo dan Ma'ruf Amin Meutya Hafid mengaku timnya kerap diserang isu kebijakan luar negeri capres petahana.
“Isu luar negeri memang tak menarik, betul. Tapi justru kenapa kami banyak diserang isu luar negeri?” kata Meutya.
Dia mencontohkan salah satunya ketika banyak kritik yang disampaikan lewat media sosial ketika Presiden Jokowi berkomunikasi dengan pemerintah China dan Myanmar.
Meutya pun menegaskan, hubungan diplomatik pemerintahan Presiden Jokowi periode mendatang dengan China maupun Amerika pun akan tetap dilanjutkan.
“Mengenai IMF juga tak akan kendor. Pak Jokowi akan lebih banyak lagi kerja sama dengan IMF,” tutur dia.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.