Pemerintah sebar 15.000 benih kerang mutiara

Kelangkaan stok induk kerang mutiara mengancam keberlanjutan industri mutiara di Indonesia

Muhammad Latief 

JAKARTA 

Pemerintah menyebar sekitar 15.000 benih mutiara Pinctada maxima di Desa Pandak Guar, Sambala, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ketersediaan mutiara jenis ini, sudah sangat langka di habitat asli mereka, akibat penangkapan yang berlebihan. 

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto mengatakan kelangkaan stok induk kerang mutiara mengancam keberlanjutan industri mutiara di Indonesia. Pulau Lombok, sebagai habitat asli kerang jenis ini harus berupaya mengembalikan kelestariannya melalui berbagai cara. 

“Karang mutiara semakin langka, induknya diambil. Ini merupakan jenis kerang unggulan,” ujarnya di Jakarta, Rabu. 

Menurutnya, sudah banyak perusahaan pembenih mutiara yang mulai kesulitan mendapatkan sumber induk di alam. Selama ini mereka memang mengandalkan induk dari alam, hal ini berbahaya bagi kelangsungan spesies. Pihaknya mendorong unit pihak swasta melakukan pembenihan kerang mutiara para perairan potensial. Budidaya, menurutnya salah satu upaya menjaga sumberdaya kelautan dan perikanan, Karena tidak bisa terus menerus mengandakan benih dari alam. 

Kelangkaan benih ini, menurutnya sangat menghawatirkan bagi keberlanjutan bisnis mutiara di Indonesia. Kerang mutiara jenis ini dikenal di mancanegara dengan sebutan The Queen of Pearl atau Ratu Mutiara, merupakan salah jenis mutiara terbaik. 

Menurut Slamet, program restocking ini melibatkan masyarakat lokal yaitu Komite Pengelolaan Perikanan Laut (KPPL) Kawasan Sambela, Lombok Timur. Kini dilakukan untuk memastikan kerang yang ditebar tidak ditangkap kembali. Sementara, sumber benih dari hasil pembenihan Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Lombok. BPBL Lombok kini sudah mempunyai 369 ekor sebagai indukan alam yang berasal dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Kemudian ada calon indukan (F1) sebanak 560 ekor dan calon induk breeding (F2) sebanyak 300 ekor.