Türkİye, Dunia

Minoritas Turki di Kepulauan Dodecanes hadapi asimilasi ekstrem

Warga Turki di Kepulauan Dodecanese, Yunani, kekurangan sekolah bilingual, kata wakil presiden Uni Federal Kebangsaan Eropa

Rhany Chairunissa Rufinaldo  | 16.10.2019 - Update : 17.10.2019
Minoritas Turki di Kepulauan Dodecanes hadapi asimilasi ekstrem Wakil Presiden Uni Federal Kebangsaan Eropa (FUEN) Gosta Toft. (Foto file-Anadolu Agency)

Izmir

Fatih Hafiz Mehmet

IZMIR, Turki 

Kelompok advokasi minoritas Eropa mengatakan minoritas Turki yang tinggal di Kepulauan Dodecanese, Yunani, menghadapi ancaman asimilasi.

Pulau-pulau itu adalah rumah bagi sekitar 6.000 warga minoritas Muslim Turki.

Berbicara kepada Anadolu Agency, wakil Presiden Uni Federal Kebangsaan Eropa (FUEN) Gosta Toft menekankan pentingnya pendidikan bahasa asli untuk masa depan minoritas Turki di Dodecanese.

"Jika mereka tidak belajar bahasa [Turki] di sekolah, maka kita akan memiliki asimilasi yang kuat, dan itulah yang terjadi sekarang," kata Toft, yang juga anggota minoritas Jerman yang tinggal di Denmark.

Dia menghadiri simposium tentang masalah warga Turki Dodecanese di Provinsi Izmir Turki pekan lalu.

Toft mengatakan ada sekolah bilingual untuk siswa Jerman di Denmark yang dibiayai oleh negara Denmark, tetapi Dodecanese tidak memiliki sekolah dwibahasa seperti itu bagi penduduk asli Turki.

"[Di Denmark] itu kebalikan dari apa yang terjadi di Yunani," ujar dia.

Toft mengatakan Yunani tidak mengakui minoritas Turki yang tinggal di Kepulauan Dodecanese maupun di Thrace Barat.

Wilayah Thrace Barat Yunani juga merupakan rumah bagi sekitar 150.000 orang minoritas Muslim Turki.

"Mereka harus menerima minoritas Turki, itu fakta. Jika tidak, maka masyarakat internasional harus menekan Yunani untuk mengubah situasi ini," tegas dia.

Toft mengatakan solusinya adalah dengan membangun dialog antara minoritas dan negara Yunani. 

Wakaf Muslim hampir punah

Toft menekankan pentingnya wakaf Muslim di kepulauan tersebut untuk kehidupan anggota kelompok, di mana minoritas bergantung pada kegiatan yang diselenggarakan oleh kelompok-kelompok tersebut.

Dia mengatakan jika minoritas ditolak untuk menjalankan wakaf sendiri, masa depan mereka di kepulauan tersebut akan menderita.

"Itu sangat serius dan kita harus mengambil tindakan," ujar dia.

Uni Federal Kebangsaan Eropa (FUEN) telah aktif membuat resolusi untuk diajukan ke Athena, meskipun kelompok tersebut belum mendapat tanggapan.

"Itu benar-benar masalah bagi kita," kata Toft.

Dia menambahkan bahwa properti wakaf Muslim di Kepulauan Dodecanese banyak yang dijual sehingga membahayakan masa depan minoritas Turki di sana.

“Di Denmark ada yayasan-yayasan yang dikelola minoritas, tetapi di sini, minoritas tidak berurusan dengan yayasan, itu adalah hal yang paling penting, dan kemudian Anda [Yunani] dapat menjual [properti] tanpa masalah," ungkap Toft.

Dulu ada sekitar 400 properti wakaf di Kepualauan Dodecanese tetapi sekarang hanya ada 40 karena 90 persen properti yayasan telah dijual.

Toft mengatakan jika minoritas Turki dilibatkan dalam urusan wakaf, property-properti tersebut tidak akan dijual.

"Jadi langkah pertama adalah mendapatkan kuasa dan menghentikan penjualan ini," tambah dia.

FUEN, didirikan pada 1949 di Paris, adalah kelompok payung yang menyatukan lebih dari 90 komunitas minoritas dan bahasa di 35 negara dan merupakan organisasi payung terbesar dari minoritas lokal Eropa.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.