Ekonomi

Bank Indonesia masih buka ruang untuk kebijakan akomodatif

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan BI sudah menyampaikan forward guidance sebagai stance setelah melihat evaluasi dan perkiraan dari perekonomian global dan domestik

Dandy Koswaraputra  | 22.11.2019 - Update : 22.11.2019
Bank Indonesia masih buka ruang untuk kebijakan akomodatif Gedung Bank Indonesia. (Foto file-Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA 

Bank Indonesia mengatakan masih membuka ruang adanya kembali kebijakan akomodatif baik dengan melonggarkan kebijakan moneter ataupun makroprudensial.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan BI sudah menyampaikan forward guidance sebagai stance setelah melihat evaluasi dan perkiraan dari perekonomian global dan domestik.

“Secara jelas sudah kami sampaikan BI akan mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik, dalam mempertimbangkan terbukanya ruang bagi kebijakan yang akomodatif,” kata Perry di Jakarta, Jumat.

Oleh karena itu, kata Perry, uang untuk kebijakan akomodatif masih tersedia dengan bentuk kebijakan bisa berupa penurunan suku bunga dan pelonggaran giro wajib minimum pada kebijakan moneter, ataupun melalui kebijakan makroprudensial lainnya.

“Mengenai bentuk kebijakan dan waktunya, akan disesuaikan dengan data dependent assessment terhadap perkembangan ekonomi domestik maupun global,” imbuh dia.

Penjelasan Perry tersebut sekaligus menjawab pernyataan dari Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto yang memandang peluang BI untuk menurunkan suku bunga kebijakannya cukup besar ke depan.

Menko Airlangga mengatakan peluang tersebut berdasarkan pada pertimbangan tren penurunan inflasi berdasarkan data BPS untuk Oktober sebesar 3,13 persen (yoy) atau masih berada pada kisaran target yang ditetapkan oleh Pemerintah dan BI sebesar 3,5 ± 1 persen pada Tahun 2019.

“Pertimbangan lainnya adalah terjaganya stabilitas rupiah terhadap dolar AS pada kisaran Rp14.000 per dolar AS,” ujar Airlangga.

Kemudian pertimbangan ketiga adalah suku bunga kebijakan BI saat ini sebesar 5 persen masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, misalnya Filipina sebesar 4 persen, Malaysia sebesar 3 persen, dan Thailand sebesar 1,5 persen.

“Demikian pula halnya secara riil (dengan mengurangi angka inflasi dari suku bunga kebijakan), suku bunga riil di Indonesia masih menarik dibandingkan Thailand dan Taiwan, dan sama menariknya dengan Malaysia,” imbuh dia.

Menko Airlangga juga berharap agar kebijakan BI ini secara efektif diikuti oleh sektor perbankan dan keuangan sehingga tren penurunan suku bunga kebijakan BI bisa segera ditransmisikan ke suku bunga kredit/pembiayaan sehingga pada gilirannya menjadi stimulus bagi dunia usaha di tengah ancaman perlambatan ekonomi global.

“Tentunya berbagai program yang dijalankan oleh pemerintah saat ini, dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya memerlukan dukungan dari sisi fiskal, namun juga sisi moneter dalam hal ini pihak Bank Indonesia,” lanjut dia.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.