Politik, Dunia, Ekonomi

Uni Eropa promosikan penggunaan Euro untuk perdagangan energi

Sekitar 85 persen dari impor energi UE dibayar dalam dolar, menurut Komisi Eropa

Rhany Chairunissa Rufinaldo  | 14.02.2019 - Update : 14.02.2019
Uni Eropa promosikan penggunaan Euro untuk perdagangan energi Ilustrasi. Bendera Uni Eropa. (Foto file - Anadolu Agency)

Ankara

Ebru Sengul

ANKARA

Uni Eropa (UE) sepakat untuk mengumpulkan kelompok industri yang komprehensif dalam upaya untuk mematahkan monopoli dolar Amerika Serikat dalam perdagangan energi dan mempromosikan euro, menurut sebuah media internasional, Rabu.

Kelompok industri tersebut termasuk eksekutif dari perusahaan minyak dan gas Eropa seperti OMV Austria, Eni Italia, Fluxys Belgia dan Engie Prancis.

Media itu melaporkan bahwa pertemuan akan berlangsung secara tertutup di Brussels pada Kamis di bawah naungan Komisi Eropa.

“Uni Eropa adalah importir energi terbesar di dunia dengan tagihan impor energi tahunan rata-rata EUR300 miliar dalam lima tahun terakhir. Sekitar 85 persen dari jumlah ini dibayarkan dalam dolar,” kata Komisi Eropa dalam catatan yang disiapkan untuk pertemuan itu.

"Tujuan UE adalah untuk membawa perubahan yang diinisiasi pasar, sementara para peserta pertemuan diajak untuk mencari tahu kendala pada alternatif penggunaan dolar AS melalui penggunaan euro yang lebih luas, terlepas dari manfaat dari perubahan itu," tambahnya.

Laporan media mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut merupakan bagian dari proses konsultasi hingga pertengahan 2019 dan diharapkan memberikan masukan baru bagi rencana UE untuk mempromosikan euro dalam perdagangan energi.

Pada 5 Desember, Komisi Eropa mengumumkan penerapan rekomendasi tentang peran internasional euro dalam bidang energi, mempromosikan penggunaannya yang lebih luas dalam sektor strategis ini.

"Memperkuat peran internasional euro di bidang investasi energi dan perdagangan akan membantu mengurangi risiko gangguan pasokan dan mempromosikan otonomi bisnis Eropa. Oleh karena itu dapat memberikan kontribusi penting bagi tujuan kami untuk memastikan keamanan pasokan di Uni Eropa," ujar Miguel Arias Canete, komisaris untuk Aksi Iklim dan Energi.

Hubungan antara Uni Eropa dan Amerika Serikat menegang karena sejumlah masalah sejak Wahington menarik diri dari Rencana Aksi Komprehensif Gabungan 2015, atau dikenal sebagai Kesepakatan Nuklir Iran, pada Mei tahun lalu meskipun ada tentangan keras dari sekutu dekat AS di Eropa.

Enam pihak yang tersisa dalam perjanjian itu - Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, China, dan Iran - mengumumkan pembentukan sistem baru di UE untuk memfasilitasi pembayaran berkelanjutan ke Iran untuk menghindari sanksi AS.

Menurut New York Times, tahun lalu, Trump juga dilaporkan telah beberapa kali mengisyaratkan bahwa dia ingin AS menarik diri dari NATO.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.