Giada Zampano

ROMA

NATO siap mendukung pemerintah Libya yang dipimpin oleh Fayez al-Sarraj, kata sekertaris jenderal aliansi tersebut pada Kamis.

Dalam sebuah wawancara dengan harian Italia La Repubblica, Jens Stoltenberg mencatat bahwa NATO memiliki 30 mitra, yang banyak di antara mereka memiliki posisi berbeda, tetapi dia menambahkan bahwa Turki tetap menjadi sekutu penting.

Dia juga menekankan bahwa NATO mendukung upaya PBB menemukan solusi damai untuk konflik, baik di Libya maupun di Suriah.

"Di Libya ada embargo senjata yang perlu dihormati oleh semua pihak," kata Stoltenberg.

"Namun, ini tidak berarti menempatkan pada tingkat yang sama pasukan yang dipimpin oleh [Khalifa] Haftar dan pemerintah Fayez al-Sarraj, satu-satunya yang diakui oleh PBB," tegas dia.

"Oleh karena itu, NATO siap memberikan dukungannya kepada pemerintah Tripoli," tambah dia.

Pemerintah Libya, juga dikenal sebagai Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA), diserang oleh pasukan bersenjata panglima perang Haftar sejak April 2019.

Pasukan ilegal Haftar di Libya timur telah meluncurkan beberapa serangan untuk merebut Tripoli, dengan lebih dari 1.000 tewas dalam insiden kekerasan.

Pemerintah Libya kemudian meluncurkan Operasi Badai Perdamaian pada 26 Maret untuk melawan serangan-serangan di ibu kota.

Sejak penggulingan pemerintahan Muammar Khaddafi pada 2011, dua poros kekuasaan yang saling bersaing muncul di Libya, satu di Libya Timur yang didukung oleh Mesir dan Uni Emirat Arab, dan satu lagi di Tripoli yang mendapat persetujuan PBB dan internasional.