Gazze
Nour Mahd Ali Abu Aisha, Halime Afra Aksoy
GAZA
Pemuda Palestina Usama Abu Salah, 19, yang terluka dalam demonstrasi "Great March of Return" dua tahun lalu, kini dapat melanjutkan latihan olahraga favoritnya parkour setelah memperoleh bantuan kesehatan dari Asosiasi Dokter di Muka Bumi.
Dalam wawancanya dengan Anadolu Agency, Abu Salah mengatakan dirinya terluka akibat serangan pasukan Israel dalam aksi protes di Khan Yunus pada April 2018 dan lukanya itu kemudian berubah menjadi infeksi serius.
Dia mulai mendapatkan bantuan pengobatan yang diberikan oleh lembaga bantuan kemanusiaan yang didirikan oleh persatuan dokter Turki itu satu minggu setelah kejadian serangan Israel.
"Saya menerima layanan fisioterapi dan dukungan psikologis selama proses perawatan yang ditawarkan oleh Asosiasi Dokter di Muka Bumi secara gratis.”
“Dukungan yang saya terima ini sangat membantu pemulihan saya dan saya dapat kembali ke kehidupan lama,” ujar dia.
Abu Salah menceritakan dirinya telah melewati masa-masa sulit di mana dia merasakan sakit yang luar biasa selama periode perawatan dua tahun, terutama setelah kakinya dipasang platinum.
"Bantuan kesehatan yang disediakan oleh asosiasi itu selama perawatan telah meringankan rasa sakit saya," sebut dia.
Dia berminat pada olahraga kung fu dan sepak bola secara profesional sebelum insiden itu, namun apa daya luka di kakinya membuat dia tidak bisa beraktivitas di bidang ini.
Kini setelah sekian lama Abu Salah mulai kembali berlatih olahraga favoritnya parkour.
"Saya merasa seperti anak kecil yang mencoba untuk mempelajari berbagai olahraga dari awal lagi," tutur dia.
Abu Salah menyatakan bahwa kejadian itu juga membuat dia kehilangan pekerjaannya sebagai teknisi di bengkel mobil.
Asosiasi Dokter di Muka Bumi memulai kegiatan mereka sebagai NGO internasional di bidang kesehatan pada 2000.
Mereka masih melanjutkan kegiatan mereka dengan layanan gratis seperti terapi fisioterapi dan dukungan psikososial di Gaza, wilayah Palestina yang diblokade oleh Israel selama bertahun-tahun.
Gaza ditempati oleh lebih dari dua juta penduduk. Israel telah memberlakukan pembatasan pergerakan di wilayah tersebut sejak Intifada Kedua Palestina pada 2000. Pembatasan semakin meningkat pada Juni 2007 ketika Israel memberlakukan blokade darat, laut dan udara dengan alasan masalah keamanan.