Austria tak akan pindahkan kedutaannya di Israel ke Yerusalem
Presiden Alexander Van der Bellen mendukung solusi dua negara melalui negosiasi untuk penyelesaian krisis Palestina
Ankara
Qais Abu Samra, Afra Aksoy
RAMALLAH, Palestina
Presiden Austria Alexander Van der Bellen menegaskan bahwa negaranya tidak akan mengikuti langkah Amerika Serikat untuk memindahkan kedutaan besarnya di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
"Dalam hal ini, kami tidak akan mengikuti jejak Washington," ujar dia saat konferensi pers di Ramallah bersama dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
"Negara kami terikat dengan kebijakan vis-à-vis Uni Eropa untuk Palestina," kata dia lagi.
Dalam kesempatan yang sama, Van der Bellen juga mengkritik keputusan pemerintah AS yang tahun lalu menangguhkan anggaran untuk Badan Bantuan untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
"Kami mendukung solusi dua negara melalui negosiasi untuk penyelesaian krisis Palestina," tambah dia, sambil mengelu-elukan hubungan Austria-Palestina yang terjalin "erat".
Tahun lalu, Presiden AS Donald Trump secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan merelokasi kedutaan besar AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Ramallah menanggapi langkah itu dengan menolak peran mediasi apapun dari AS dalam proses perdamaian Timur Tengah.
Yerusalem masih menjadi poros konflik Timur Tengah yang telah berlangsung selama beberapa dasawarsa, karena warga Palestina mengharapkan Yerusalem Timur - yang diduduki oleh Israel sejak 1967 - dapat berfungsi sebagai ibu kota negara Palestina di masa mendatang.