Ekonomi, Budaya

Narapidana di Indonesia siap ekspor produk buatan lapas

Kerajinan Cukli dan Batik Tulis telah terbukti sebagai produk yang menggiurkan konsumen luar negeri

Megiza Soeharto Asmail  | 09.08.2018 - Update : 10.08.2018
Narapidana di Indonesia siap ekspor produk buatan lapas Dirjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Sri Puguh Budi Utami (kanan) bersama Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda (kedua kanan) memberikan penjelasan usai menandatangani perjanjian kerja sama pengembangan desain produk hasil karya warga binaan pemasyarakatan di Jakarta, Kamis, 9 Agustus 2018. (Megiza Asmail - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Megiza Asmail

JAKARTA

Narapidana yang sedang menjalani hukuman kini kian mendapat kesempatan untuk menyiapkan diri sebagai pengusaha selepas bebas dari lembaga pemasyarakatan (lapas) kelak.

Fasilitas pembinaan kreatifitas yang diberikan Kementerian Hukum dan HAM sebenarnya telah dilakukan sejak lama. Namun, kolaborasi dengan Kementerian Perdagangan untuk meluaskan jangkauan produk para warga binaan baru disepakati pada April lalu.

Merealisasikan kesepakatan yang ditandatangani antara Menteri Yasonna Laoly dan Menteri Enggartiasto Lukita tersebut, Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag bersama Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kemenkumham akhirnya melakukan kerjasama lanjutan dengan membuat workshop untuk warga binaan.

“Kerja sama ini untuk menyinergikan program Kemendag dan Kemenkumham dalam mengembangkan produk warga binaan pemasyarakatan menjadi produk yang berorientasi ekspor,” ujar Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Arlinda, di Jakarta, Kamis.

Kemendag kali ini, kata Arlinda, memberi dukungan dengan membuka workshop desain produk dan kemasan, kegiatan promosi, pemasaran dan informasi peluang pasar ekspor kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan di wilayah Jabodetabek, Jawa Barat dan Banten.

“Kami dari Kemendag memfasilitasi itu. Jadi artinya kalau produk yang dihasilkan itu dibuat dengan sentuhan desain dari knowledge yang diberikan desainer itu bisa memberikan nilai tambah, menarik selera pasar,” kata Arlinda.

Tidak sampai di situ, imbuh dia, selain memfasilitasi lewat lokakarya membuat kemasan dan pemasaran, Kemendag juga akan membantu dari sisi hak kekayaan intelektual.

“Memperkenalkan produk kepada dunia menjadi upaya yang kita lakukan. Persoalan yang mau beli, itu jadi persoalan yang harus kita create,” sebut Arlinda.

Di tempat yang sama, Dirjen Pemasyarakatan Kemenkumham Sri Puguh Budi Utami menilai kerjasama dua kementerian ini menjadi cara percepatan ekspos agar para narapidana dapat menunjukkan hasil binaan.

Setelah kesepakatan awal antara dua menteri pada April lalu, warga binaan sempat memamerkan karya mereka dalam pameran Produk Narapidana The 4th BIMP-EAGA and IMT-GT Trade Fair 2018 di Songkhla, Thailand.

Sri mengatakan, pada pameran itu banyak pengunjung yang tertarik dengan kerajinan Cukli dari Nusa Tenggara Barat dan juga batik.

“Yang banyak dilihat itu Cukli dari NTB. Batik juga termasuk yang diminati, tapi ya batik tulis dengan warna-warna alam. Jadi baru itu yang kita peroleh kemarin. Tapi minimal mereka mengenal bahwa narapidana di Indonesia di dalam [penjara] itu ada pembinaan kemandirian yang arahnya adalah untuk menjadi entrepreneur,” kata Sri.

Dia menjelaskan, direktoratnya kini sedang menyiapkan revitalisasi kepada 251 ribu penghuni 522 lapas dan rutan yang ada di Indonesia. Nantinya, imbuh Sri, yang akan memproduksi produk-produk siap ekspor adalah warga binaan yang menghuni lapas minimum security.

“Sehingga dari sisi keamanan tidak akan lari ataupun berantem [ketika sedang mendapat pelatihan]. Sekarang, sudah ada di Nusa Kambangan, lapas terbuka dengan minimum security yang bikin batik seperti yang saya kenakan ini,” ujar dia.

Mengenai narapidana yang telah berhasil menunjukkan produksinya dan terpilih untuk dibawa dalam pameran-pameran perdagangan dan telah memiliki pembeli, Sri menyebut, mereka berasal dari lapas-lapas di Semarang dan Cirebon.

“Kalau untuk latihan semuanya diberi pelatihan. Di Semarang dan Cirebon itu adalah lapas-lapas yang sudah berproduksi dan sudah punya buyer. Sekarang ini kita akan petakan agar produk nantinya pasti laku.”

Sedangkan soal keuntungan dari produk buatan warga binaan, Sri memastikan hasil penjualan akan masuk ke dalam Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), setelah dipotong premi yang dapat diterima oleh si pembuat. 

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.